INDOPOS.CO.ID – Pasangan Calon Presiden (Capres)-Calon Wakil Presiden (Cawapres) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mencuri perhatian pada gelaran debat kedua, Jumat (22/12/2023) malam. Pasalnya, paslon nomor urut 3 itu mengenakan busana berbeda dari paslon lain.
Ganjar-Mahfud tampak mengenakan busana adat. Ganjar terpantau mengenakan pakaian adat Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya tenunan, Ganjar juga mengenakan Ti’i langga, penutup kepala berbentuk topi yang dibuat dari daun lontar.
Sementara Cawapres Mahfud MD, mengenakan pakaian adat Madura. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengenakan baju garis-garis merah putih dan odheng atau ikat kepala khas madura berwarna merah.
Ganjar menegaskan, ada pesan kuat yang terkandung di dalam penggunaan pakaian adat dalam debat. Keduanya hendak menegaskan kedekatan dan perhatiannya kepada masyarakat, terutama dari daerah terpencil.
Lebih dari itu, pakaian adat juga menjadi simbol bahwa keduanya merupakan bagian dari rakyat bahkan merupakan anak buah rakyat. Hal tersebut sesuai dengan tagline yang selalu disampaikan Ganjar, ‘Tuanku, ya Rakyat!’.
“Kami siap diperintah oleh rakyat,” tegas Ganjar.
Pernyataan dan simbolisasi sikap tersebut menunjukkan kesungguhan sikap Ganjar-Mahfud pada masyarakat kecil. Ganjar juga secara tegas menampik isu miring yang kerap menyebutnya sebagai boneka partai.
Keyakinan bahwa Ganjar menjadi petugas rakyat diungkapkan oleh pengamat Politik Emrus Sihombing. Emrus meyakini Ganjar merupakan sosok yang amat independen. Karena itu Ganjar bukanlah boneka Megawati sebagaimana yang kerap dilontarkan.
“Pasti Ganjar tidak akan jadi boneka,” ujar dia.
Menurut dia, kekhawatiran bahwa Ganjar akan menjadi boneka Megawati merupakan isu gorengan. Hal tersebut sama dengan cap yang kerap dilontarkan kepada Ganjar sebagai petugas partai.
“Kalau selama ini ada orang menggoreng-goreng petugas partai itu hasil gorengan itu,” tegas dia.
Dia meyakini, track record Ganjar telah menunjukkan bahwa dirinya merupakan sosok independen. Hal tersebut akan dia teruskan ketika menjadi presiden, dengan slogan utama Ganjar yang terkenal, ‘Tuanku, ya Rakyat’.
“Siapapun menjadi presiden termasuk Ganjar, tentu tugas itu sudah diembannya. Dalam melaksanakan tugas itu dia independen. Tidak di bawah pengaruh partai,” jelas dia.
“Ganjar sudah pasti di independen. Independen artinya tidak di bawah bayang-bayang atau pengaruh ketua umum partai,” imbuh dia.
Lagi pula, partai politik tidak bakal mau mengambil risiko ditinggalkan publik lantaran menjadikan orang nomor 1 republik ini sebagai boneka. Tentu, partai politik tidak akan membuat lubang yang menjerumuskan dirinya sendiri.
“Karena partai itu akan rugi sendiri. Maka rakyat tidak akan memilih partai itu. Karena dia tersandera oleh Partai. Partai tidak akan mau presiden yang diusungnya menjadi boneka,” terang dia.
“Karena itu saya pastikan bahwa partai siapapun presiden pemenangnya nanti, partai tidak akan membuat calonnya menjadi boneka demikian juga Ganjar tidak akan menjadi boneka bagi partai pengusung,” imbuhnya. (nas)