INDOPOS.CO.ID – Ketua Umum Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI), Iden Gobel mengatakan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah mengusung program pemberian makan siang gratis bagi anak sekolah dan santri.
“Program ini tidak hanya dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan gizi anak usia sekolah, tetapi juga diakui sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” katanya dalam keterangan, Kamis (1/2/2024).
Menurutnya, implementasi program ini melibatkan koordinasi rantai pasok yang melibatkan berbagai sektor, termasuk petani, peternak, nelayan, pedagang pasar, UMKM, dan komunitas ibu-ibu orang tua murid.
“Dengan demikian, program ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perkembangan ekonomi lokal melalui penggerakkan sektor-sektor tersebut,” ujarnya.
Ia menuturkan, setiap mata rantai dalam proses adalah usaha yang memberi potensi pendapatan bagi pelakunya.
“Dari perspektif pelaku usaha, program ini memberikan efek berganda bagi masyarakat. Secara metafora, pemerintah mengalirkan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk meningkatkan gizi anak sekolah, dan dalam pelaksanaannya, ekonomi lokal dan ekonomi rakyat menjadi dinamis,” tuturnya.
Senada dikatakan, Wakil Sekretaris Jenderal II PPJI Budi Syahmenan. Ia menjelaskan, program ini dapat memberikan pelatihan kepada ibu-ibu orang tua murid tentang pengolahan dan penyajian makanan sesuai standar keamanan pangan.
“Sebagai hasilnya, tukang sayur mendapatkan pesanan yang konsisten sepanjang tahun, yang pada gilirannya mendorong petani sayur untuk meningkatkan produktivitas. Inilah sebuah momentum ekonomi yang luar biasa,” kata dia.
Ia mengatakan terjadi dua aliran pergerakan ekonomi yang signifikan. Pertama, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp400 triliun melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Hal ini menjadi pemicu bagi dinamika ekonomi lokal yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas ibu-ibu, orang tua murid, pengusaha jasaboga lokal, pedagang pasar, hingga petani, peternak, dan nelayan,” uajr dia.
Selain itu, terdapat arus ekonomi tambahan yang muncul akibat pengurangan beban ekonomi rumah tangga, karena ibu-ibu tidak lagi harus menyediakan porsi makanan setiap harinya.
“Program ini bukan sekadar mengenai aspek makanan dan gizi, melainkan sebuah gerakan ekonomi lokal yang substansial,” kata Budi.
Budi menjelaskan manfaat ekonomi dari program tersebut telah diperkenalkan dalam acara Simulasi Penyajian Makanan Sehat, Bergizi, Terjangkau, yang telah diselenggarakan di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, termasuk Semarang, Kendal, Tegal, Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Demak, Sukoharjo, dan Boyolali.
“Simulasi ini akan terus dilanjutkan ke wilayah Yogyakarta dan titik-titik lain di Jawa Tengah hingga berakhirnya masa kampanye,” jelas dia.
Pelaksanaan simulasi ini dilakukan oleh relawan Aksi Sahabat Gibran (AksiBaGi), sebuah kelompok relawan yang fokus pada sosialisasi program makan siang gratis Prabowo-Gibran kepada masyarakat.
“Dengan kolaborasi bersama chef dan pelaku usaha boga, telah dihitung bahwa dengan biaya sekitar Rp15.000 hingga Rp18.000, kita sudah dapat menyediakan makanan bergizi sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan,” papar Budi.
Budi memberikan gambaran, jika biaya satu kali makan adalah Rp15.000, maka dalam 25 hari sekolah dapat menghasilkan penghematan sebesar Rp375.000 per bulan.
“Meskipun angka ini terlihat sederhana, namun dapat menjadi jumlah yang fantastis jika diakumulasikan secara nasional dalam setahun. Dengan jumlah siswa mulai dari SD hingga SMA dan SMK sebanyak 44,2 juta, akumulasi penghematan dalam setahun mencapai Rp198,9 triliun,” pungkas dia.
“Jika mempertimbangkan beberapa faktor lain, agregat penghematan biaya rumah tangga dapat mencapai Rp200 triliun,” imbuhnya. (fer)