Leadership Zulhas dan Takdir Sejarah PAN

Leadership Zulhas dan Takdir Sejarah PAN - zulhas - www.indopos.co.id

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan. Foto: Istimewa

oleh Dede Rohana Putra M.Si., anggota DPRD Provinsi Banten, Wakil Ketua Fraksi PAN DPRD Provinsi Banten

INDOPOS.CO.ID – Sempat diprediksi menghadapi turbulensi pasca-Kongres Kendari, 2020, lalu kerap “divonis” sulit menembus parliamentary treshold oleh lembaga survei, faktanya suara Partai Amanat Nasional (PAN) justru naik. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) Zulkifli Hasan berhasil membalik semua prediksi dengan kerja cepat, taktis, dan diplomasi yang lincah. Seperti apa?

Setahun sebelum pemilu 2024, banyak pengamat memprediksi PAN tidak akan lolos parliamentary treshold (PT), atau maksimal stuck di angka 4 persen. Saat itu sejumlah lembaga survei juga merilis hasil yang senada, di mana partai matahari biru dipersepsikan sulit menaikkan elektabilitasnya.

Merespon gejala tersebut, kami melihat pimpinan nasional PAN (DPP) di bawah komando Ketua Umum Bang Zulkifli Hasan, tidak terlihat panik. Sebaliknya, beliau mengidentifikasi dan mendiagnosa satu-persatu problem yang muncul, lalu mencari solusinya. Dua hal menurut penulis yang menjadi handicap elektabilitas PAN lima tahun terakhir, yaitu PAN saat itu belum memaksimalkan coattail effect Presiden Joko Widodo, dan jarak dengan basis pemilih muda yang masih cukup lebar.

Lalu Bang Zul melakukan langkah strategis dan aksi kongkret sebagai problem solver. Pertama, guna memaksimalkan efek ekor jas Presiden Jokowi, maka sejak setahun terakhir, para politisi PAN terus membangun opini dengan menyebarkan succes story pemerintah ke masyarakat luas.

Tak hanya itu, selaku Menteri Perdagangan, Bang Zul juga memaksimalkan semua potensi yang ada untuk meningkatkan kinerja. Pasalnya, tanpa kinerja nyata, maka pencitraan apapun akan rapuh, karena tidak memiliki fondasi kerja yang dirasakan masyarakat. Maka kita lihat saat terjadi kenaikan harga minyak goreng, Menteri Perdagangan bekerja 24 jam untuk memastikan harga bisa dikendalikan.

Bantu Rakyat

Ahamdulilah, setelah “krisis” selama dua bulan, pada Oktober 2022, harga minyak goreng curah berhasil diturunkan hingga di kisaran Rp14 ribu per kilogram (kg). Bang Zulhas memang bukan politisi penuh konsep dan teori yang indah di telinga. Sebaliknya beliau mengajarkan kepada kami semua-politisi muda PAN-untuk berfikir strategis, namun juga mampu melakukan aksi, mengambil kebijakan secara taktis, cepat dan progresif. Tagline #BantuRakyat di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi bukti semangat yang simple namun mengena ke seluruh kader.

Krisis bisa terjadi kapan pun, di mana pun. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita me-manage krisis, dan mengubahnya dari leability menjadi opportunity. Dalam konteks PAN, kritik para analis bahwa suara partai akan stuck, dijawab DPP dengan aksi kongkret, salah satunya dengan memaksimalkan coattail effect Presiden Jokowi, melalui kerja di pemerintah secara maksimal.

Kedua, berdasarkan sejumlah studi saat itu, gap antara PAN dengan pemilih muda, khususnya Genzy, salah satunya disebabkan kurangnya representasi anak muda di partai ini. Maka Bang Zulhas merekrut banyak talent muda yang memiliki kapasitas-tak hanya artis-untuk mengubah citra PAN menjadi lebih fresh dan dekat dengan anak muda.

Tak berhenti di situ, DPP juga memaksimalkan sosialisasi, baik di media mainstream maupun social media, yang hasilnya berdampak positif. Sebagaimana analisis Direktur Eksekutif Lembaga Surveri Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, September 2023, faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan dukungan kepada PAN adalah gencarnya sosialisasi. Bahkan jingle PAN… PAN… PAN… menjadi lagu partai politik (parpol) paling viral selama setahun terakhir.

Ketiga, penempatan calon anggota legislatif (caleg) yang tepat di setiap daerah pemilihan (dapil). Ujung dari semua sosialisasi dan kampanye terletak di para caleg, sejauh mana mereka bisa menterjemahkan strategi yang diambil oleh pusat. Dalam hal ini, selaku caleg Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi-yang kembali terpilih-penulis mengikuti guidance dari ketua umum untuk terus bergerak ke bawah, membantu rakyat dan bekerja keras. Kata orang bijak, “…hasil tidak mengkhianati proses”.

Di bawah kepemimpinan Bang Zulhas tahun ini, PAN tidak hanya melipatgandakan perolehan suara nasional, dari survei yang hanya 4 persen, meningkat menjadi 7,23 persen. Lebih dari itu, PAN berhasil meningkatkan kursi di DPR, dari 44 kursi di 2019, menjadi 48 kursi di 2024. Tentu saja kenaikan ini membuktikan bahkan strategi yang disusun works di lapangan.

Bahkan di dapil penulis-yang juga Dapil II Banten DPR RI-PAN memperoleh hasil spektakuler dengan memimpin tabulasi suara dari awal hingga akhir. Berdasarkan real count final Komisi Pemilihan Umum (KPU), PAN menjadi partai terbesar dengan 244,983 suara. Disusul NasDem (208,803), Gerindra (197,429), Golkar (174,577), PDIP (143,703), PKS (165,436), Demokrat (142,279) dan partai lainnya. Ini menunjukkan bahwa tidak ada dapil yang mutlak dikuasai partai tertentu. Dengan strategi yang tepat dan konsistensi para caleg dan kader partai untuk bekerja keras, maka hasil yang lebih baik akan datang.

Agile Diplomacy

Kelincahan “diplomasi” PAN atau agile diplomacy tak hanya di kancah Pemilihan Legislatif (Pileg), melainkan juga Pemilihan Presiden (Pilpres). Berkali-kali calon presiden (capres) Prabowo Subianto (saat itu) hadir di banyak event yang diinisiasi oleh PAN. Tak jarang di forum tersebut, Prabowo mengeluarkan statement yang akhirnya viral dan memorable. Seperti pada kampanye 11 Januari 2024 lalu di Lampung, di mana Prabowo menyebut Zulhas sebagai sahabat lama, kawan seperjuangan, kawan di waktu susah, dan kawan sejati.

Penilaian itu berdasarkan data, bahwa PAN secara konsisten sejak 2014 sampai hari ini, mendukung Prabowo sebagai calon presiden. Maka tak heran, sehari setelah pengumuman resmi kemenangan Prabowo-Gibran oleh KPU, Presiden terpilih Prabowo pertama kali datang ke markas PAN untuk buka puasa bersama.

Lalu apakah dengan kedekatan di atas, PAN menuntut kursi menteri dalam jumlah tertentu? Jawabnya tidak. Bang Zul berkali-kali mengirim pesan ke publik, bahwa komposisi kabinet sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden. Yang terpenting bagi PAN adalah telah menunjukkan kesetiaan, kerja keras, dan profesionalitas di semua ladang pengabdian. Dari sana proses politik akan berjalan, dan semua pemimpin tentu membutuhkan dukungan yang solid dari partai politik di pemerintahan.

Meski Sigmund Neumann menyatakan bahwa, “…a political party is the articulate organization of society’s active political agent; those who are concerned with the control of governmental policy power, and who completes for popular support with other groups or groups holding divergent views”. Namun dalam konteks Indonesia, kekuasaan yang dimaksud adalah yang diusahakan melalui pemilu, melalui cara-cara yang demokratis.

Next Target: Pilkada Serentak

Sudah seharusnya semua partai politik yang telah berjuang dalam pemilu, maupun Pilpres (dan menang), maka mereka berhak menduduki jabatan publik tertentu sebagai pertanggung jawaban. Pasalnya bila pemenang justru tidak mengambil peran, maka itu sama dengan mengkhianati suara mayoritas yang memilihnya. Ini pernah terjadi di banyak negara-juga di Indonesia-dimana kita mendengar caleg terpilih terkadang mundur atau dipaksa mundur, digantikan oleh elit partai yang lebih kuat. Tentu saja hal ini bertentangan dengan semangat yang dikatakan Neumann, bahwa partai (atau caleg) akan dianggap sebagai pemenang atau sebaliknya, semata-mata ditentukan oleh dukungan rakyat.

Tantangan ke depan berikutnya tak lain Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak November mendatang. Pada Pilkada Serentak 2020 lalu, PAN berhasil menang di 130 daerah se-Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 daerah merupakan kader. Bertolak dari fakta tersebut, tentu di Pilkada 2024 ini kita mengharapkan hasil yang lebih baik lagi. Termasuk tentunya menempatkan lebih banyak kader sebagai calon kepala maupun wakil di masing-masing daerah. Memang ini tidak mudah, namun dengan soliditas dan kepemimpinan efektif sebagaimana yang dijalankan ketua umum, bukan tidak mungkin PAN akan melampaui target yang sudah ditetapkan.

Dalam upaya mengulang hasil positif di Pileg lalu, penting bagi partai untuk menempatkan nama-nama kuat, yang mampu menarik pemilih. Modal utamanya antara lain kapasitas, kompetensi dan yang tak kalah penting adalah elektabilitas. Dengan semua itu, penulis yakin kita akan bisa meningkatkan pencapaian di Pilkada lalu, juga mengulang hasil positif di Pileg 2024.(*)

 

Exit mobile version