Konektivitas Digital Harus Dukung Pengembangan Ekonomi

Forum G20

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (kanan), dalam Forum Digital Economy Working Group (DEWG), Indonesia berbagi pengalaman antarnegara anggota G20. Foto: Dokumen Kemkominfo

INDOPOS.CO.ID – Presidensi G20 Indonesia 2022 menjadi momentum bagi negara anggota G20 untuk membahas transformasi digital di dunia yang lebih inklusif.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan dalam Forum Digital Economy Working Group (DEWG), Indonesia berbagi pengalaman antarnegara anggota G20.

“Melalui DEWG G20, Indonesia bisa berbagi pengalaman, membagikan lesson learned yang telah dilakukan di negara masing-masing,” ujar Johnny dalam keterangan, Rabu (16/3/2022).

“Sehingga ada suatu pemahaman bersama sebagai standar yang akan menjadi model atau potensi standar yang kita gunakan di tingkat global,” imbuhnya.

Menurut Johnny, forum DEWG Presidensi G20 tahun ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meninggalkan legacy melalui kesepakatan di meja perundingan G20.

“Berangkat dari ketiga isu prioritas G20 Indonesia, Kominfo menerjemahkan ke dalam tiga isu prioritas DEWG,” katanya.

Isu prioritas tersebut di antaranya Connecitivity and Post Covid-19 Recovery. Menurut dia, isu tersebut akan dibahas secara signifikan terkait konektivitas digital untuk mendukung pengembangan ekonomi pemulihan pascapandemi Covid-19.

“G20 Innovation League menjadi G20 Digital Innovation Network bisa membangun dan memfasilitasi kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha,” terangnya.

“Seperti inovasi digital swasta, startup, venture capital atau kegiatan korporasi lain dengan lingkup global,” imbuhnya.

Terkait isu Digital Skills and Digital Literacy, lanjut dia, harus mampu mendorong pengembangan kegiatan kecakapan digital dan literasi digital untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam kegiatan ekonomi digital dalam skala global.

“Prioritas isu ini salah satunya adalah dalam bentuk G20 Toolkit for Measuring Digital Skills and Digital Literacy, di mana nanti akan dibahas alat untuk mengukur tingkat kecakapan dan literasi digital di Negara Anggota G20,” ungkapnya.

Johnny mengatakan, isu prioritas lainnya dalam DEWG yakni Cross Border Data Flow and Data Free Flow with Trust. Salah satunya membahas dari sisi hulu mengenai konsumsi listrik.

“Konsumsi power untuk data per kapita di Indonesia saat ini masih 1 watt per kapita.  Kalau kita bandingkan dengan Singapura misalnya yang 100 watt per kapita, Jepang hampir sama dengan kita 10 watt per kapita. Satu watt per kapita konsumsi data di Indonesia ini setara dengan 270 sampai 300 mega watt. Kalau sama saja standarnya dengan Jepang, setidaknya kita membutuhkan 9 sampai 10 kali lipat investasi listriknya,” jelasnya.

“Ini menjadi peluang investasi besar di sisi hulu infrastruktur. Belum lagi pemanfaatan hilir berupa data sebagai kekuatan ekonomi nasional,” imbuhnya.(nas)

Exit mobile version