Pengamat: Lebih Transparan, Pengawasan kepada Perusahaan IPO Makin Optimal

Pengamat: Lebih Transparan, Pengawasan kepada Perusahaan IPO Makin Optimal - ipo - www.indopos.co.id

Ilustrasi. Foto: Laman Smesta KemenKopUKM

INDOPOS.CO.ID – Perusahaan yang masuk lantai bursa wajib menerapkan prinsip transparansi. Sehingga pengawasan menjadi lebih optimal dan kinerja perusahaan semakin meningkat.

Pernyataan tersebut diungkapkan Pengamat ekonomi dan bisnis Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi melalui gawai, Selasa (11/4/2023).

Menurut dia, perusahaan yang akan masuk initial public offering (IPO) tentu positif, termasuk Pertamina Hulu Energi (PHE).

“Jika mereka akan masuk bursa saham wajib menerapkan prinsip transparansi, sehingga membuat pengawasan semakin optimal,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, untuk menghindarkan terjadinya fraud dan penyalahgunaan. Dengan IPO, kinerja perusahaan akan semakin meningkat dan lebih efisien.

Acuviarta menjelaskan, keterbukaan pada perusahaan publik mutlak dilakukan. Termasuk PHE yang selama ini sudah menjalankan kewajiban pelaporan rutin.

“Tentu transparansi harus lebih ditingkatkan. Mengapa? Karena para investor membutuhkan analisis yang cukup lengkap mengenai perusahaan,” ucapnya.

“Tidak hanya analisis teknis, namun juga analisis fundamental mengenai kondisi perusahaan. Karena itulah, siapapun bisa melakukan pengawasan. Tidak hanya investor namun juga masyarakat,” sambungnya.

Dengan demikian, ujar Acuviarta, masyarakat bisa melihat, karena resume memang harus dipublish. “Siapapun bisa melihat dari kode perusahaan tersebut di bursa saham. Ini kan positif. Makanya, perusahaan go public itu perusahaan yang diuji oleh pasar. Pasti lebih efektif dan efisien,” ungkapnya.

Ia menyebut, banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peningkatan kinerja yang luar biasa setelah masuk ke lantai bursa. Sebut saja Bank Mandiri atau Aneka Tambang. Perusahaan-perusahaan publik tersebut, lanjutnya memperlihatkan percepatan yang luar biasa baik.

Kinerja Bank Mandiri misalnya, sejak IPO pada 2003, memang terus meningkat. Seperti disampaikan pada website perusahaan, laba bersih pada 2010 sudah tembus Rp9,2 triliun. Padahal, pada 2000, laba perusahaan hanya pada angka Rp1,8T. Sementara pada 2022, laba bersih mencapai Rp41,17 triliun.

“Mengapa? “Ya, karena komponen di perusahaan yang IPO, baik keuangan maupun manajemen, harus dipertanggungjawabkan,” ungkap Acuviarta.

Hal yang sama diungkapkan pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu. Dia mengatakan, keuntungan menjadi perusahaan terbuka di antaranya perusahaan tersebut menjadi lebih transparan dalam melaporkan kinerjanya.

“Akan lebih transparan dan terbuka melaporkan audit kinerja keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujarnya.

Dengan menjadi perusahaan terbuka, lanjut Irwan, masyarakat akan lebih mudah mengakses data tentang kinerja perseroan secara berkala.

“Masyarakat juga bisa menerima informasi tentang rencana kerja dan aksi perseroan ke depan. Semua dapat dengan mudah diawasi,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pencarian dana melalui IPO untuk kegiatan eksplorasi memang perlu dilakukan. Pasalnya, di satu sisi PHE memiliki keterbatasan pendanaan. Sedangkan di sisi lain, impor minyak mentah dan BBM terus meningkat setiap tahun. Dengan penambahan modal ini, diharapkan PHE bisa terus melakukan pengeboran sumur eksplorasi dan sumur pengembangan untuk meningkatkan produksi migas di tanah air. (nas)

Exit mobile version