Pemkab Aceh Tamiang Dukung Penuh Pemanfaatan Biomassa untuk Co-Firing PLTU

ep

PT Perushaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia (PLN EPI) berkomitmen penuh mendukung rencana Pemerintah dalam mencapai target co-firing sebesar 10,2 Juta ton pada tahun 2025. Pada Juli 2023, PT PLN Energi Primer Indonesia telah mengirimkan Biomassa Sawdust Pertama ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Awar-Awar Tuban sebesar 5.600 MT. Foto: PLN EPI

INDOPOS.CO.ID – PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia (EPI) menandatangani kesepakatan bersama dengan PT Palma Banna Mandiri dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang di Kantor Bupati Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jumat (20/10/2023).

Kesepatakan bersama itu berisi tentang sinergi pengembangan dan pengelolaan biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya setempat. Kesepakatan bersama itu ditandatangani Penjabat (Pj.) Bupati Aceh Tamiang, Meurah Budiman, Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko; dan Direktur PT Palma Banna Mandiri, Nazarudin Ibrahim.

Pj. Bupati dalam sambutannya mengatakan, pihaknya sangat mendukung kerja sama tersebut. Menurutnya, sumber energi berbasis fosil semakin menipis. Oleh karena itu, biomassa menjadi sangat penting sebagai sumber energi baru terbarukan dan green. Ia pun mengaku langsung setuju dengan kesepakatan bersama itu.

Meurah berharap, kerja sama itu berjalan baik sesuai dengan keinginan semua pihak. Menurutnya pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi juga akan berdampak dalam hal serapan tenaga kerja.

Ia pun sangat mengapresiasi PLN EPI dan PT Palma Banna Mandiri yang berkomitmen melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa untuk Co-Firing.

“Kami berharap, program berjalan maksimal sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” kata dia.

Sementara Direktur PT Palma Banna Mandiri, Nazaruddin Ibrahim mengamini pernyataan Pj. Bupati Aceh Tamiang. Sebagai mitra pemasok, ia mengatakan jika biomassa mampu menjadi nilai tambah bagi masyarakat bahkan membuka lapangan pekerjaan baru.

Menurutnya, guna memenuhi kebutuhan biomassa untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu dan Nagan Raya, pihaknya melibatkan masyarakat dalam hal pengumpulan bahan baku.

“Program biomassa ini tidak hanya jadi solusi Nett Zero Emission namun juga menambah penghasilan masyarakat,” ucap Nazaruddin.

Ia melanjutkan, di tahap awal ini pihaknya bekerjasama dengan tiga koperasi di Desa Kaloy, Aceh Tamiang. Ditargetkan, lahan seluas 3.500 hektare (ha) akan ditanami berbagai tanaman. Di antaranya, kata Nazar, tanaman yang disiapkan untuk jadi sumber biomassa. Misalnya kaliandra, indigofera, dan lain sebagainya.

“Total lahan yang akan kami tanami ke depan sekitar 13.500 hektare yang tersebar di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Barat Daya,” sambungnya.

Nazaruddin meyakini, melihat besarnya manfaat yang dirasakan, akan makin banyak wilayah yang bakal bekerjasama terkait pemanfaatan untuk tanaman biomassa. Selain penanaman, Nazar juga melakukan penyemaian benih di wilayah Langsa. Menurutnya, penyemaian dan penanaman tanaman multifungsi terinspirasi dari program yang sudah dijalankan PLN EPI di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Bisa jadi ke depan tidak hanya 13.500 hektare yang dikerja samakan namun bertambah banyak seiring dengan semakin diketahuinya manfaat program Co-Firing PLN,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko. Aris, sapaannya menerangkan, pihaknya selalu bergerak dengan mitra lokal dalam penyediaan biomassa untuk Co-Firing PLTU. Bicara soal biomassa, menurut Aris tak akan bisa lepas dari peran serta masyarakat lokal.

“Mulai dari penyemaian, penanaman, perawatan, pemanenan, pengumpulan, hingga pengiriman ke PLTU pasti akan melibatkan masyarakat,” jelasnya.

Aris menerangkan, ada tiga unsur utama terkait biomassa. Masing-masing adalah lahan, pupuk, dan tenaga kerja. Terkait lahan, Aris menegaskan, lahan yang ditanami tanaman multifungsi bukanlah lahan produktif sehingga tidak berkompetisi dengan area produktif yang sudah ada. Skema yang digunakan bisa tumpang sari atau pemanfaatan lahan kritis.

Di sisi lain ia menjelaskan jika pada prinsipnya semua jenis limbah tanaman bisa menjadi sumber biomassa. Mulai dari sekam dan jerami padi, bagas tebu, ranting dan dahan kayu, bonggol jagung, dan lain sebagainya.

Terkait pupuk, lanjutnya, akan dikerjasamakan dan bersinergi dengan mendampingi masyarakat dalam pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik fly ash bottom ash (FABA). Menurutnya, masyarakat bisa memproduksi pupuk organik dari bahan baku FABA dengan kotoran ternak, limbah pertanian, perkebunan dan limbah-limbah lain-lain.

Sebelumnya, PLN EPI juga menandatangi nota kesepahaman dengan PT Semen Kupang Indonesia (SKI) dalam rangka mengembangkan dan mengelola biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya setempat. Kesepakatan ini dilakukan guna mendukung NZE 2060. Melalui MoU tersebut, PLN EPI dan Semen Kupang Indonesia akan bersama-sama mengolah biomassa dari penanaman tanaman multifungsi. Biomassa tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai co-firing di PLTU, sedangkan companion products daunnya akan dimanfaatkan utk pakan ternak dan karbon kredit berbasis ESG.

Ada sekitar 5.600 ha lahan yang akan ditanami di mana batang dan rantingnya bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar biomassa. PLN EPI akan terus melakukan sinergi yang berkaitan dengan pemetaan, pembibitan, penanaman, pengolahan, pengembangan dan pemanfaatkan sumberdaya yang dapat dijadikan biomassa untuk mempercepat Indonesia menuju NZE pada 2060.

Kesepakatan antara PLN EPI dan SKI tak lepas dari program serupa yang sudah berjalan di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Gunung Kidul, PLN EPI sudah mengembangkan dan mengelola Green Economy Village bersama Keraton DIY berbasis pemanfaatan sumber daya setempat.

Ada empat jenis bibit yang ditanam di lahan seluas 30 hektare di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Ponjong, Gunung Kidul. Model yang dikembangkan di Gunungkidul merupakan etalase dan benchmark utama sebagai referensi wilayah lain di Indonesia dan bahkan dunia.

Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan, sebelum meneken MoU dengan pihaknya, perwakilan PT SKI dan SIG selaku Holding, sudah melakukan benchmarking di Gunungkidul. Menurut Aris, pihak SIG dan PT SKI sangat tertarik dengan program pengembangan Green Economy Village yang dilakukan EPI bersama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

“Jadi setelah kunjungan ke Gunung Kidul beberapa waktu lalu, SIG dan PT SKI tertarik untuk melakukan hal serupa di Kupang di mana lahan yang akan ditanami tanaman multifungsi akan berkalilipat dibanding yang kami lakukan di Gunungkidul,” ujarnya. (srv)

Exit mobile version