Penjelasan Dokter Ortopedi soal Trend Pijat ‘Kretek-Kretek’, Penting Diketahui!

gathering-RS-Siloam-Mampang

Ahli ortopedi Prof Dr. dr. Ismail Hadisoebroto (kiri) bersama dr. M Triadi Wijaya (kanan), memberikan keterangan pers, dalam media gathering Siloam Hospitals Mampang layanan ortopedi one-stop solution, di Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024). Foto: Dhika Alam Noor/INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Sebagian besar masyarakat pasti mengenal istilah pijat kretek atau istilah medisnya disebut chiropractic. Praktik tersebut dianggap memberikan pasien merasakan sensasi ringan dan rileks setelah tubuhnya keluar bunyi “kretek”.

Pijat kretek makin populer, menyusul seorang publik figur mengemasnya menjadi sebuah konten di media sosial. Sehingga tak heran, membuat orang penasaran dan tertarik mencobanya.

Berdasar rangkuman sejumlah sumber, terapi chiropractic merupakan perawatan terapeutik yang dilakukan menggunakan tangan chiropractor untuk memanipulasi persendian di tubuh.

Ahli ortopedi Prof Dr. dr. Ismail Hadisoebroto tidak melarang praktik tersebut, asalkan untuk memijat bagian tubuh yang merasa pegal bukan penanganan terhadap pasien patah tulang. Biasanya itu merupakan gangguan skoliosis nonstruktural.

“Tulang belakangnya, sebetulnya di sini otot yang di sini lebih banyak nariknya. di sini rileks, kita harusnya melemesin otot yang stretcher,” kata dr. Ismail, dalam media gathering Siloam Hospitals Mampang layanan ortopedi one-stop solution, di Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024).

Dokter berpraktik di Siloam Hospitals Mampang itu menyebut, gangguan tarikan otot pada tubuh misalnya panjang normal 10 centimeter (cm), namun kemudian memendek 6 cm. Itu kemungkinan ototnya tertarik ke bagian sisi lain.

“Kita lemesin otot, manipulasi seperti ini bisa, mengobatin itu. Karena begitu lemas kembali,” ujar dr. Ismail.

“Sebetulnya ada juga dalam pengobatan modern yaitu, fisioterapi. Itu sebetulnya pijat juga, pijat modern,” tambahnya.

Namun, jika ada permasalahan pada skoliosis struktural tidak bisa penanganan dengan melakukan pijat kretek. Maka harus ada penanganan medis.

“Tapi, kalau yang struktural tidak bisa walaupun pijat beratus kali, tidak bisa. Pondasinya itu ibarat bangunan rusak jadi harus dibenerin dong. Strtuktur bangunannya,” jelasnya.

Rekan seprofesinya dr. M Triadi Wijaya mengemukakan, laporan patah tulang akibat pemijatan kretek di luar negeri. Pasien panggulnya kaku karena sebelumnya terkena infeksi pada panggul.

“Panggulnya sudah menyatu dan ini tidak disadari. Dikira kaku mungkin hanya otot yang terlalu kencang, dipijet dengan memang sangat kuat sampai akhirnya patah,” ucapnya.

Berkaca dari kasus tersebut, pentingnya mengetahui riwayat pasien dengan benar dan utuh. Karenanya jangan sembarang menangani pasien chiropractic.

“Jadi tindakan main tanpa data itu sedikit berbahaya. Tidak hanya oleh orang chiropractic, bahkan dokter pun selama datanya tidak cukup kuat itu tidak bisa,” imbau dr. Triadi. (dan)

Exit mobile version