INDOPOS.CO.ID – Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari Siloam Hospitals Mampang, dr Nindya Nisita Sp. KJ memberikan edukasi dengan topik membangun kepercayaan dalam hubungan guna mencegah perselingkuhan.
Pada edukasi tersebut, peran dan hubungan saling mengerti di antara pasangan dan juga pengenalan karakter menjadi kata kunci yang disampaikan untuk meningkatkan kesadaran setiap pasangan guna mencegah timbulnya perselingkuhan.
Nindya mengatakan, walaupun cukup luas, kontek membangun kepercayaan dapat dimulai dari menanamkan rasa kepercayaan kepada diri sendiri terlebih dahulu. Jadi percaya pada diri sendiri adalah ‘fondasi’.
“Jika ‘fondasi’ sudah kokoh, kita akan lebih mudah membangun kepercayaan kepada pasangan dan lingkungan,” ujarnya, seperti dikutip, Sabtu (15/7/2023).
Tiap individu itu memiliki komponen kepercayaan yang berbeda, sehingga perlu dikomunikasikan terlebih dahulu kepada pasangan komponen-komponen kepercayaan apa saja yang ada dalam diri masing-masing, agar keduanya dapat sama-sama membangun kepercayaan yang sinergis.
Membangun kepercayaan butuh waktu, butuh kerja sama dan kerja keras. Hal yang utama adalah komunikasi. Tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata, melainkan komunikasi dengan perilaku.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki kebutuhan mental yang berbeda-beda. Bisa jadi kebutuhan mental dari satu individu jauh berbeda dengan pasangannya. Ada yang kebutuhan afeksinya besar, ada juga kebutuhan untuk diapresiasinya besar.
“Secara ideal, kita harus memahami terlebih dahulu akan kebutuhan mental dengan ‘mindful’, yakni menyadari penuh pikiran, perasaan dan perilaku kita sendiri,” tutur Nindya.
Setelah personal diri mampu secara ‘mindful’ terhadap kebutuhan mentalnya, pasti akan lebih mudah memahami kebutuhan mental pasangan.
Bila ada kebutuhan mental yang tidak bisa dipenuhi pasangan, idealnya seseorang mengolah dengan cara yang adaptif. Namun sayangnya banyak orang mengolah hal tersebut dengan cara maladaptif, yaitu berselingkuh.
“Bila berhadapan dengan konflik, konsep menerima dan mengalah perlu dilakukan secara bijak yang merupakan titik tengah antara ‘rational mind’ dan ‘emotional mind’ dalam pikiran setiap manusia,” pungkasnya.(rmn)