INDOPOS.CO.ID – Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban mengungkap, sejumlah indikator yang berperan menuju masa transisi dari kondisi pandemi menjadi endemi Covid-19. Salah satunya ialah, jumlah kasus konfirmasi.
Termasuk keterisian tempat tidur (BOR) untuk Covid-19 secara nasional maupun kasus kematian. Semua indikator tersebut menjadi acuan pemerintah menentukan status pandemi secara nasional.
“Tingkat rawat inap dan kematian. Beban sistem kesehatan. Jumlah kasus baru. Positivity rate. Vaksinasi. Kebijakan pemerintah. Perilaku masyarakat. Pengobatan baru,” kata Zubairi Djoerban dalam akun Twitter-nya dilihat, Rabu (23/3/2022).
Ia memperkirakan, untuk bisa masuk kondisi transisi dari pandemi ke endemi tidak membutuhkan waktu lama lagi. Adapun syarat yang harus dipenuhi antara lain, fatality Rate ± 2 persen setara rata-rata global, kasus Aktif ≤100 ribu, lositivity rate ≤5 persen, kasus baru ≤5,000, dan BOR ≤40 persen.
“Kapan endemi Covid-19 di Indonesia terjadi? Tidak akan lama lagi. Sekitar tiga bulan. Semoga,” tutur Zubairi.
Namun, status endemi itu bukan berarti situasinya tidak ada Covid-19 sama sekali. Bukan berarti juga semua pihak tidak berpikir tentang Covid-19 lagi.
“Penyakit ini tetap ada. Statis. Tak terlalu meningkat, tak terlalu turun dan tak ada lonjakan besar yang tak terduga seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengemukakan, indikator yang harus dicapai mengubah status pandemi menjadi endemi. Seperti, laju penularan (reproduction number) kurang dari 1.
Angka positivity rate kurang dari 5 persen dan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit di bawah 5 persen, serta angka kematian Covid-19 atau case fatality rate kurang dari 3 persen.
“Level PPKM transmisi lokal tingkat 1, ini terjadi dalam rentang waktu tertentu misal 6 bulan,” jelas Nadia, Selasa (15/3/2022). (dan)