Batasi Akses Wartawan untuk Liput Perang, Ukraina Dikritik

Peliputan-Perang

Seorang petugas keamanan Ukraina menghalau pers dari lokasi ledakan di Odessa. ( rt.com)

INDOPOS.CO.ID – Reporters Without Borders (RSF) mengkritik pihak berwenang Ukraina atas pelanggaran terhadap jurnalis asing dan lokal yang meliput konflik dengan Rusia. RSF mendesak Kyiv untuk segera menghapus larangan bagi media.

“Sekitar 9.000 atau lebih wartawan yang meliput perang di Ukraina mengalami kesulitan mendapatkan akses ke tempat-tempat tertentu dan kesulitan merekam atau mengambil foto, dan bahkan kadang-kadang ditahan,” kata organisasi yang menjaga kebebasan informasi di seluruh dunia itu, seperti dikutip rt.com, Minggu (3/7/2022).

“Pembatasan sewenang- wenang itu memperumit kerja pers di lapangan dan harus dicabut,” tegasnya.

“Di negara demokratis, perang bukanlah alasan untuk menghambat kerja jurnalis,” kata Jeanne Cavelier, Kepala RSF Eropa Timur dan Asia Tengah.

“Pembatasan yang terkait dengan keamanan nasional adalah sah, tetapi harus proporsional,” tegasnya.

RSF berpendapat bahwa pemerintah Kyiv menciptakan hambatan yang tidak dapat dibenarkan untuk menghasilkan pelaporan yang andal dan objektif di lapangan.Klaim tersebut didukung oleh akun beberapa pekerja media yang telah melaporkan konflik selama empat bulan terakhir.

“Pihak berwenang Ukraina melihat jurnalis asing sebagai pembawa pengaruh daripada kendaraan informasi,” kata seorang reporter kepada RSF.

“Saya ditahan selama beberapa jam oleh milisi lokal dan kemudian diinterogasi oleh [Dinas Keamanan Ukraina] atas foto-foto yang tidak berbahaya, meskipun akreditasi saya sudah beres,” katanya.

Wartawan foto dan reporter perang Prancis Veronique de Viguerie juga mengatakan dia merasa di bawah tekanan untuk selalu menghadirkan informasi tentang tentara Ukraina sebagai korban dan bukan sebagai penyerang.

“Kalau mau foto di garda depan, selalu ada kata tidak yang datang entah dari mana,” keluhnya.

“Kadang-kadang jurnalis tidak diizinkan masuk ke lapangan. Ini adalah kasus di Kharkov untuk sementara waktu,” kata RSF.

Dalam kondisi seperti itu, satu-satunya harapan mereka adalah bergabung dengan pasukan Kyiv. Petugas pers Ukraina, dengan mudah memutuskan untuk mengajak blogger lokal mengunjungi lokasi strategis sambil menolak untuk bawa reporter dari kantor berita internasional.

Masalah lain adalah banyak tentara Ukraina sama sekali tidak menyadari hak-hak jurnalis. Seorang reporter untuk harian Prancis Les Echos, Guillaume Ptack, pernah ditahan beberapa kali di pos pemeriksaan oleh anggota unit pertahanan teritorial, yang tidak tahu bahwa media diizinkan untuk bekerja meskipun jam malam.

Wartawan Ukraina telah mengatakan kepada RSF bahwa mereka harus menerapkan “sensor diri” dan hanya melaporkan data yang telah dikonfirmasi oleh pihak berwenang Ukraina. (dam)

Exit mobile version