Pakar Kesehatan: Makin Besar Paparan Gas Air Mata Kian Buruk Akibatnya

kanjuruhan

Suasana kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. (Twitter/@akmalmarhali)

INDOPOS.CO.ID – Penembakan gas air mata oleh aparat dituding, menjadi salah satu penyebab ratusan jiwa kehilangan nyawa saat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Perlu diketahui dampak gas air mata akan tergantung dari tiga poin.

Pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan, makin besar dampak terkena gas air mata tentu bakal lebih buruk risikonya. Paparan gas air mata bisa berdampak akut pada saluran napas dan memicu gawat napas (respiratory distress).

“Ke satu, seberapa besar dosis gas yang terkena pada seseorang, makin besar paparannya tentu akan makin buruk akibatnya,” kata Tjandra melalui gawai, Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Efek terkena gas air mata bisa mengalami batuk, dada berat, tenggorokan seperti tercekik hingga sesak napas. Kondisinya bakal lebih parah jika seseorang mempunyai penyakit penyerta.

“Point ke dua, dampak juga akan tergantung dari kepekaan seseorang terhadap bahan di gas itu, serta kemunkinan ada gangguan kesehatan tertentu pada mereka yang terpapar,” jelas Tjandra.

Tragedi di stadion Kanjuruhan Malang. Foto: dok INDOPOS.CO.ID

Ia menambahkan, bahwa pengaruh gas air mata bisa terlihat dari penggunaanya terjadi di dalam atau di luar ruangan. Termasuk sirkulasi udara dalam suatu ruangan tersebut.

“Poin ke tiga, dampak akan tergantung dari apakah paparan ada di ruang tertutup atau ruang terbuka, demikian juga bagaimana aliran udara yang membawa gas beterbangan,” imbuh mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi setelah laga antara Arema FC kontra Persebaya pada, Sabtu (1/10/2022) malam. Tim tuan rumah mengalami kekalahan dengan skor akhir 2-3.

Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Versi polisi menyebut bahwa suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya.

“Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri,” beber Nico saat jumpa pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

Polisi kemudian menembakan gas air mata kepada suporter yang memasuki lapangan, lantaran bertindak anarkis. Sementara pengakuan salah satu pendukung selamat menyatakan, bahwa mereka turun ke lapangan hanya memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. (dan)

Exit mobile version