Kasus Gagal Ginjal Meningkat, Epidemiolog Sebut Pemerintah Telah Gagal

Ginjal-Akut

Ilustrasi organ ginjal. (Freepik)

INDOPOS.CO.ID – Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menilai pemerintah tidak berhasil mencegah gangguan ginjal akut misterius (acute kidney injury/AKI) di Indonesia diduga akibat obat sirup yang terkontaminasi zat berbahaya.

Berdasar penelitian Kementerian Kesehatan terhadap ginjal pasien ditemukan tiga zat berbahaya yakni etilen glikol/ethylene glycol (EG), dietilen glikol/diethylene glycol (DEG) dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Menurutnya, jika benar dugaan penyebabnya berasal dari cemaran etilen glikol dalam obat sirup, maka pemerintah dan regulator terkait memiliki peraturan lemah terhadap pengawasan.

“Memang sudah gagal, saya harus sampaikan. Ini masalah jiwa, lho. Berarti kita kecolongan,” kata Dicky dalam acara daring, Jakarta, Sabtu (22/10/2022).

Pemerintah belum terlambat memperbaiki keadaan dalam penanganan kasus gagal ginjal akut. Salah satu upaya yang diusulkan yakni penetapan status kejadian luar biasa (KLB).

“Tapi bukan berarti kegagalan ini kita biarkan, dengan menyatakan KLB ini pemerintah segera memperbaiki. Jangan sampai ini dibiarkan,” tutur Dicky.

Menurutnya, status KLB membantu dalam manajamen situasi saat ini, ada prosedur yang harus diikuti dan bisa menjadi pedoman.

Ilustrasi gagal ginjal. (Freepik)

“Antara lain pembentukan Satgas, ada investigasi, karena belum tentu hanya karena oleh obat. Bisa jadi karena infeksi, untuk data itu perlu ada pengauatan sistem pelaporan,” jelas Dicky.

Data terbaru kasus gagal ginjal akut misterius melaporkan mencapai 241 orang, yang tersebar di sejumlah provinsi Tanah Air. Jumlah tersebut bertambah 35 kasus, berdasar laporan Kemenkes pada, Selasa (18/10/2022) tercatat ada 206. Sebelumnya hanya teridentifikasi di 20 provinsi Indonesia.(dan)

Exit mobile version