Jokowi Banjir Kritik, Pengamat: Demokrasi Alami Regresi karena Matinya Etika Negara

Joko-widodo-2

Presiden Jokowi saat membuka Musrenbangnas, Selasa (04/05/2021), di Istana Negara, Jakarta. (Humas Setkab)

INDOPOS.CO.ID – Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) Syarif Hidayatullah Jakarta, A Bakir Ihsan menilai, banjir kritik dari kalangan akademisi terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan reaksi yang wajar. Sebab, demokrasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

“Demokrasi mengalami regresi karena matinya etika negara dalam menjalankan amanahnya,” kata Bakir melalui gawai, Jakarta, Sabtu (3/2/2024).

Terlebih mengait pelaksanaan pemilu, mulai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan kecenderungan keberpihkan presiden terhadap pasangan calon presiden yang melibatkan anaknya.

“Bisa jadi secara aturan memungkinkan, tapi secara etik langkah tersebut menunjukkan keberpihakan negara pada kelompok tertentu,” kritik Bakir.

Dalam hal tersebut keluarga dan kroninya, yang secara langsung menafikan kelompok lainnya. Tentu kondisi tersebut bisa mengkhawatirkan alam demokrasi Indonesia.

“Bila ini dibiarkan, negara dikuasai, dimiliki, dan dinikmati oleh kelompok tertentu dan kelompok lain diabaikan bahkan dinegasikan,” ujarnya.

Kritik dari kalangan akademisi muncuk ketika Presiden Joko Widodo berbicara, soal keberpihakan dan boleh berkampanye dalam Pemilu 2024. Meski secara konstitusi itu dibenarkan, namun menimbulkan polemik di tengah masyarakat.

Kritik tajam tersebut disampaikan oleh akademisi dan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Universitas Hasanuddin (Unhas). (dan)

Exit mobile version