Pengamat: Hasil Quick Count Bersifat Prediksi, Masyarakat Harus Paham

nyoblos

Pemilih menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2024 di TPS Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Foto: Indopos.co.id / Dhika Alam Noor

INDOPOS.CO.ID – Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun masih meragukan, hasil hitung cepat atau quick count atau hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sebab, angka yang muncul bukan hasil mutlak.

Ia menyadari, biasanya ketika hitung cepat itu mulai ditayangkan sangat cepat jpublik memperbincangkan hasil quick count dan tidak sedikit yang mempercayainya sebagai angka absolut.

Padahal itu bersifat relatif karena menggunakan sampel hasil perhitungan di TPS. Sebab tidak mungkin lembaga survei punya surveyor hingga di 800.000 TPS lebih.

“Oleh karena menggunakan sampel TPS, maka hasil quick count itu bersifat prediksi,” kata Ubedilah saat dikonfirmasi wartawan, Jakarta, Rabu (14/2/2024).

Ilustrasi pelaksanaan pemilu. Foto: istimewa

Meskipun lembaga survei seringkali berani menyimpulkan, siapa kandidat yang lebih unggul ketika suara masuk dari sampel yang diambil sudah di atas 70 persen. Perlu diingat itu 70 persen dari sampel TPS yang diambil.

“Biasanya, lembaga survei minimal ambil sekitar 10 persen dari jumlah TPS seluruh Indonesia yang diambil secara acak,” ujar Ubedilah.

Menurutnya, dari 800.000 TPS lebih mungkin hanya ambil 800 TPS secara random atau acak. Jadi hasilnya prediksi dan relatif. “Saya kira masyarakat perlu paham ini,” jelasnya.

Hal penting lainya masyarakat juga perlu tahu dan tidak perlu ribut soal quick count, sebab pada akhirnya dasar keputusan pemenang Pemilu tetap berdasarkan pada perhitungan metode Real Count yang dilakukan KPU. “Itulah hasil akhir pemilu yang memiliki legitimasi kuat. Bukan quick count,” imbuhnya. (dan)

Exit mobile version