Sidang MK, Ganjar: Kita Nolak Dibawa Mundur ke Masa Sebelum Reformasi

Sidang MK, Ganjar: Kita Nolak Dibawa Mundur ke Masa Sebelum Reformasi - ganjar 1 - www.indopos.co.id

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo memberikan keterangan di sidang perdana sengketa hasil Pilpres 2024. Foto: Instagram/@ganjar_pranowo

INDOPOS.CO.ID – Calon presiden (Capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo, menegaskan, gugatan sengketa hasil Pilpres 2024 yang diajukan tim kuasa hukumnya di Mahkamah Konstitusi, lebih dari sekadar mengenai kecurangan setiap tahapan Pilpres 2024. Sidang perdananya digelar pada, Rabu (27/3/2024).

“Hari ini kami menggugat, yang mengejutkan bagi kita semua dan benar-benar menghancurkan moral adalah penyalahgunaan kekuasaan,” kata Ganjar Pranowo di sidang perdana perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), pada Rabu (27/3/2024).

Berbagai penyalahgunaan kekuasaan antara lain, pemerintah menggunakan segala sumber negara mendukung paslon tertentu. Serta aparat keamanan digunakan membela kepentingan politik pribadi.

“Maka itulah saat bagi kita untuk bersikap, tegas bahwa kita menolak semua bentuk intimidasi dan penindasan,” ujar Ganjar.

“Kita menolak dibawa mundur ke masa sebelum reformasi. Kita menolak pengkhianatan terhadap semangat reformasi,” tambahnya.

Pihaknya menggugat sebagai bentuk dedikasi menjaga kewarasan, agar warga tidak putus asa terhadap perangai politik dan menjaga impian semua warga negara tentang Indonesia yang lebih mulia.

“Bagi kami, itu impian yang harus kita kejar, agar setiap langkah kita meninggalkan jejak tak terlupakan bagi masa depan yang lebih baik,” tuturnya.

Ia menjelaskan, pada satu titik perjalanan bangsa Indonesia, seluruh warga negara pernah disatukan dengan semangat yang sama melakukan reformasi pada 1998.

Sekaligus memperjuangkan hal yang sangat esensial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mengoreksi pemerintahan yang dianggap melenceng. Membelenggu kebebasan warga dan menjauhkan negara ini dari cita-cita luhurnya.

Sebagian besar warga Indonesia mengetahui reformasi bukanlah sesuatu yang didapatkan cuma-cuma. Banyak saudara, kerabat, dan sahabat yang menjadi korban.

“Mereka mengikhlaskan, hidup mereka agar negara ini dijalankan dengan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada warga negara oleh pemerintahan yang mampu memikul amanat proklamasi,” imbuh Ganjar. (dan)

Exit mobile version