INDOPOS.CO.ID – Analis politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menilai, wacana memasangkan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dengan mantan calon presiden Anies Basweden pada Pilkada Jakarta 2024 merupakan suatu hal mustahil.
“Rencana menduetkan Anies Baswedan dengan Ahok itu boleh-boleh saja diwacanakan. Namun, sulit koalisi itu akan terbentuk,” kata Ginting saat dikonfirmasi wartawan, Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Mengingat keduanya pernah bersaing ketat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Kala itu, Anies Baswedan berhasil mengalahkan pesaingnya dan menjadi Gubernur terpilih periode 2017-2022.
“Nah, di sisi lain yang harus dicermati adalah PDIP seperti dalam tanda petik frustrasi untuk mencari figur yang akan didorongkan dalam Pilkada DKI Jakarta. Sehingga mewacanakan duet Anies Baswedan dengan Ahok,” ujar Ginting.
Tingkat keterpilihan Anies bisa saja lebih unggul dibanding Ahok. Sebab, dia belum lama meninggalkan jabatan Gubernur Jakarta. Sementara Ahok pernah menjalani hukuman 2 tahun penjara karena melakukan penodaan agama.
“Anies tentu masih memiliki elektabilitas yang tinggi karena menjadi Gubernur DKI pada 2017-2022 lalu. Nah, persoalannya adalah bagaimana dengan Ahok,” ucap Ginting.
“Stempel Ahok ini menjadi dilema bagi partai manapun, karena keputusan inkrah dari Mahkamah Agung bahwa Ahok itu sebagai penista agama,” tambahnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto belum banyak bicara soal kandidat bacagub Jakarta. Mengingat internal partainya bakal melakukan penyaringan lebih dulu. Sementar usulan untuk menduetkan Anies dan Ahok bakal dicermati.
“Nama-nama akan tersaring sesuai dengan usulan dari daerah-daerah yang mohon maaf, belum bisa kami sebut karena masih melakukan proses pencermatan,” ucap Hasto terpisah di Posko Teuku Umar Nomor 9, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2024) malam. (dan)