Pasukan Rusia Selamatkan 47 Pelaut Sipil yang Terdampar di Atas Kapal

Mariupol Ukraina

Sebuah kapal angkatan laut Ukraina dan sebuah bangunan di dekatnya terbakar di kota Mariupol, Ukraina pada 6 April 2022.

INDOPOS.CO.ID – Pasukan Rusia dan Donetsk telah menyelamatkan sekitar 47 pelaut sipil yang terdampar di atas kapal mereka di Pelabuhan Mariupol, Ukraina.

“Anggota militer Angkatan Bersenjata Rusia dan Donetsk People’s Republic (DPR) telah melakukan deblokade 47 ABK (anak buah kapal) dari Rusia, Azerbaijan, Mesir dan Ukraina, yang bersembunyi di atas kapal,” kata milisi Republik Rakyat Donetsk (DPR) dalam sebuah pernyataan seperti dilansir rt.com, Senin (11/4/2022).

DPR mengatakan kapal-kapal sipil terdampar di Pelabuhan Mariupol di tengah konflik yang sedang berlangsung, karena jalur air telah dikuasai secara besar-besaran oleh nasionalis Ukraina yang menggunakan kapal dan awak kapal sebagai tameng.

“Para kru telah dibawa ke “zona aman”, kata milisi DPR tanpa menyebutkan nama kapal yang dievakuasi.

Sebelumnya, DPR mengklaim bahwa dua kapal asing yang terdampar di Pelabuhan Mariupol telah ditumpangi oleh sekelompok nasionalis Ukraina yang mundur dari resimen Azov yang terkenal kejam. Kapal yang ditangkap adalah Lady Augusta, kapal kargo berbendera Jamaika, dan Tsarevna, kapal curah berbendera Malta.

“Pasukan Ukraina telah menembakkan mortir, peluncur granat, dan senjata ringan dari kapal sambil menahan awak kapal,” kata DPR.

Nasib awak dari dua kapal yang ditangkap masih belum jelas

Kota Mariupol telah menyaksikan pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan DPR, yang didukung oleh militer Rusia, selama beberapa minggu terakhir.

Mariupol, yang diklaim oleh Republik Donetsk yang memisahkan diri sebagai bagian integral dari wilayahnya, sebagian besar telah ditangkap oleh pasukan sekutu DPR, namun pejuang Ukraina tetap berada di beberapa benteng di seluruh kota.

Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014. Pada akhirnya Rusia mengakui kedaulatan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Rusia menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik tersebut dengan paksa. (dam)

Exit mobile version