Perunding Utama Hamas Berjanji Warga Sipil yang Disandera akan Dibebaskan

Khaled-Meshaal

Tokoh berpengaruh di Hamas, Khaled Meshaal. Foto: Sky News.

INDOPOS.CO.ID – Perunding utama Hamas Khaled Meshaal mengatakan warga sipil di antara lebih dari 200 orang yang disandera oleh kelompok tersebut di Gaza akan dibebaskan jika kondisi yang tepat terpenuhi.

Khaled Meshaal adalah tokoh berpengaruh di Hamas, dihormati sebagai martir hidup setelah selamat dari upaya Israel untuk membunuhnya hampir tiga dekade lalu.

Dalam wawancara televisi Barat pertamanya sejak serangan 7 Oktober, ia mengatakan kepada Sky News bahwa warga sipil yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan jika Israel mengurangi intensitas pengeboman di Gaza.

“Biarkan mereka menghentikan agresi ini dan Anda akan menemukan mediator seperti Qatar dan Mesir dan beberapa negara Arab dan negara lainnya akan menemukan cara untuk membebaskan mereka dan kami akan mengirim mereka ke rumah mereka,” kata Khled Meshaal seperti dilansir Sky News, Selasa (24/10/2023).

Ia mengatakan pembebasan sandera tidak dapat terjadi jika serangan udara Israel masih begitu gencar.

“Kami ingin menghentikan pengeboman secara acak, kehancuran total, genosida sehingga tentara al Qassam dapat mengambil mereka dari tempat mereka dan menyerahkannya ke Palang Merah atau siapapun. Kami membutuhkan kondisi yang tepat agar mereka bisa dibebaskan,” ungkapnya.

Meshaal mengulangi klaim bahwa 22 sandera telah tewas dalam serangan udara Israel sejak disandera. Hamas tidak mengatakan dari negara mana mereka berasal, namun sebagian besar dari mereka yang tewas adalah warga Israel.

Dia mengaky tidak tertarik pada apakah Hamas akan menghentikan perundingan penyanderaan sepenuhnya jika Israel terus melakukan invasi darat ke Gaza. Sejauh ini baru dua sandera yang dibebaskan Hamas.

Salah satu indikasi pertama bahwa Hamas melakukan tindakan berlebihan pada tanggal 7 Oktober, dia mengklaim bahwa Hamas tidak pernah berencana membunuh warga sipil.

“Jika ada pembunuhan, hal ini jelas tidak disengaja. Pastinya,” katanya.

Dan dia membantah klaim Israel bahwa Hamas telah mengadopsi taktik baru yang lebih brutal.

“Tidak ada perubahan dalam strategi Hamas dan apa yang terjadi pada 7 Oktober sepenuhnya merupakan strategi Hamas. Mereka yang membunuh perempuan dan anak-anak, ibu dan ayah adalah orang Israel,” jelasnya.

Israel mengatakan para pejuangnya menargetkan dan dengan sengaja membunuh banyak warga sipil di Kibbutze dan festival musik dekat Gaza di mana 250 pemuda tak bersenjata dilaporkan tewas.

Ada banyak bukti video yang menunjukkan warga sipil tak bersenjata dibunuh dengan darah dingin sejak hari itu.

Meshaal menegaskan serangan 7 Oktober sepenuhnya merupakan ulah Hamas meskipun ada klaim bahwa Iran terlibat dalam perencanaan dan pelatihan mereka.

“Apa yang terjadi pada 7 Oktober adalah murni keputusan Hamas Palestina. Hizbullah, Iran, Turki diharuskan untuk berdiri bahu-membahu tetapi semua orang mengambil keputusannya sendiri,” katanya.

“Jalan keluarnya bisa dilakukan dalam dua tahap. Pertama, sehubungan dengan konflik saat ini, perang kriminal di Gaza, pengeboman dan agresi terhadap Gaza harus dihentikan dan Israel harus berhenti secara paksa memindahkan penduduk Gaza dari bagian utara ke selatan,” tambahnya.

“Semua titik persimpangan harus dibuka, bantuan harus diizinkan masuk,” tuturnya.

Israel mungkin terguncang oleh perang, namun Meshaal mengatakan saat ini masih ada peluang untuk bernegosiasi dengan Israel mengenai perdamaian.

“Jika hal ini terjadi dan ada gencatan senjata, kita akan dihadapkan pada pertanyaan besar, apa akar penyebab kejadian ini dan kita akan mengatakan bahwa ini adalah pendudukan wilayah,” katanya.

“Jadi, Israel harus menarik diri dari seluruh wilayah yang didudukinya dan kita akan memiliki peluang nyata,” tutupnya. (dam)

Exit mobile version