Aulia Nadya Prameswari, UNPKFC Global Ambassadors yang Jadi Mapres Universitas Pancasila Tingkat Fakultas 2023

aulia

(kiri - kanan) Global President UNPKFC Prof DR Aphinita Chaichana, Aulia Nadya Prameswari, Letkol Laut (P) DR (HC) Ario Sasongko SE MPM MM (GSC) (ayah Nadya) , dan Cinthia Faiza (kakak Nadya). Foto : ist

INDOPOS.CO.ID – Aulia Nadya Prameswari, telah mencuri hati para juri, sehingga mampu menyabet Juara Pertama dalam kegiatan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Universitas Pancasila Tingkat Fakultas 2023.

Nadya yang merupakan mahasiswi Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Angkatan 2022 pun berbagi cerita. “Pada awalnya saya tidak memiliki niat untuk menjadi seorang mahasiswa berprestasi, namun karena selalu mendapatkan ‘challenge’ dari papa (Letkol Laut (P) DR (HC) Ario Sasongko SE MPM MM (GSC), red) untuk ikut meraih prestasi. Saya pun membulatkan tekad untuk mengikuti seleksi tersebut,” ujarnya di Jakarta, Minggu (23/7/2023).

Banyaknya kegiatan kampus yang dilakukan mulai dari magang, kepanitiaan, dan juga perkuliahan tidak membuat Nadya pesimis dan putus asa dalam meraih cita-citanya untuk menjadi Mahasiswa Berprestasi.

“Dapat terpilih ikut lomba hingga mendapat anugerah juara dalam acara pemilihan Mahasiswa Berprestasi, tingkat Fakultas 2023, sungguh suatu kehormatan bagi saya, sebab tanpa restu dari Allah SWT, doa dari orang tua, kakak, saudara serta teman-teman, mustahil bagi diri saya untuk menjadi juara di event ini. Alhamdulilah berkat ‘support’ semuanya, saya pun bisa mendapatkan anugerah tersebut. Insya Allah, saya akan menjaga kepercayaan ini dengan baik. Saya pun bertekad untuk selalu berperan aktif demi mengharumkan nama baik jampus tercinta, Universitas Pancasila, khususnya Prodi Ilmu Komunikasi yang saya cintai dan saya banggakan,” jelas Nadya.

Nadya mengatakan, jika kehidupan Mahasiswa Berprestasi sama seperti kehidupan mahasiswa lainnya. Bagaimanapun dia pernah merasakan gimana ‘up and down’ saat berkuliah di Universitas Pancasila.

“Kalau secara akademik, sama seperti orang-orang kebanyakan. Aku pernah merasa kesulitan dan mau menyerah karena ‘base’ belajarnya beda dari zaman sekolah di SMA. Mungkin orang bilang seorang mahasiswa berprestasi itu secara akademik dan nonakademik sempurna dan mulus. Padahal saat perjalanannya banyak sekali ‘up and down,’” ujarnya melalui voice chat WA.

“’Even if you fail’, jangan bikin kegagalan tersebut membuat diri kita ‘stuck’. Kita harus ‘state silver lining’ dari kegagalan tersebut. Ini karena aku orangnya ‘determine’ banget. Jadi pas menjadi mahasiswa baru aku mulai start untuk ikut volunter kegiatan sosial, magang, dan juga perlombaan seperti Olimpiade Sains Nasional,” tambah Nadya.

Buah dari kesungguhannya dalam belajar dan mengikuti lomba, dia berhasil meraih juara dalam berbagai perlombaan seperti peraih medali emas di Olimpiade Sains Nasional yang diselenggarakan oleh Global Youth Action serta berhasil terpilih menjadi delegasi fakultas untuk program Youth Innovation Forum 2023, sebagai Observer ke Singapura, Malaysia, dan Thailand yang dibiayai penuh oleh pihak fakultas.

Selain akademik, Nadya juga aktif kegiatan nonakademik. “Sampai saat ini saya masih cukup aktif dalam kegiatan Humanitarian yang dimulai sejak masih SMP. Ini karena selalu ikut papa yang suka mengajar anak putus sekolah pelajaran Bahasa Inggris memakai otak kanan. Jadi setelah selesai pelajaran, para muridnya sudah langsung bisa mengingat 300 kata serta sudah bisa ‘conversation in English’, tanpa perlu takut lupa. Biasanya kita pergi ke panti asuhan, pesantren ataupun vihara di daerah Cianjur, Tasik, Garut, Bandung, Bogor, dan kota lainnya. Di situ saya baru sadari, papa itu kalau mengajar tidak pernah minta bayaran sepeser pun. Padahal aku lihat sendiri bensin, tol dan makan kita, itu papa yang bayar sendiri,” ungkapnya.

Nadya menambahkan, dari kegiatan sosial tersebut harus selalu bersyukur kepada Allah SWT, karena masih banyak anak tanpa orang tua. “Saya kan dulu suka ngambek sama papa kalau permintaan saya tidak dibelikan. Dari papa, saya belajar cara memberi tanpa pernah berharap diberi, selalu ikhlas dan memaafkan sekalipun direndahkan, tetap senyum dan menolong walau dihina,” pungkasnya.

“Sejak ikut papa saya mulai ‘addicted’ dengan kegiatan kemanusiaan lain bareng papa, sembari menunggu papa pulang berlayar. Kedinasan papa di TNI AL, sehingga kalau selesai patroli di laut itu pulang ke rumah ya minimal setelah tiga atau enam bulan berlayar. Pernah ketika masih kecil, aku menolak papa yang waktu itu mau gendong aku, walau dibujuk pakai permen aku masih nggak mau digendong papa,” tandasnya.

Nadya menambahkan, puncaknya ketika sang ayah, Letkol (P) DR (HC) Ario Sasongko SE MPM MM (GSC) akan diberi penghargaan bidang Humanitarian Award di Bangkok dan mendapatkan penghargaan sebagai Icon Role Model Humanitarian Kawasan Asia dari UNPKFC Bangkok.

“Suatu saat papa sedang ada kegiatan Humanitarian, saya ikut bantu-bantu sebisa mungkin. Uniknya, papa nggak pernah memberi tahu ke teman-temannya kalau saya adalah anaknya. Ketika saya sedang membantu orang dari India dan Nepal saat kegiataan kemanusiaan, tiba-tiba saya bertemu dengan pendiri UNPKFC yang lalu menunjuk saya untuk menjadi Global Ambassadors for UNPKFC on Humanitarian Matters. Papa baru tahu kalau saya diangkat menjadi Global Ambassador for UNPKFC setelah diberitahu kawannya. Mereka pun sangat senang karena sang ayah dan anak sama-sama aktif dalam kegiatan kemanusiaan hingga sekarang,” jelasnya.

Dari berbagai kegiatan kemanusiaan ini, Nadya mengoleksi lebih dari 30 piagam penghargaan.

Bagaimana kiat menjadi Mahasiwa Berprestasi? Nadya memaparkan, pertama, kenali dulu alasan mengapa ingin menjadi mahasiswa berprestasi serta kenali pula kelebihan dan kekurangan yang ada di diri saat ini.

“Tentunya kita harus ‘humble’ sudah mengetahui alasannya, maka persiapankan diri kita untuk memenuhi kualifikasi, setelah itu segeralah mendaftar,” tandasnya.

Kedua, lanjut Nadya, lakukan ‘do research’ karena setiap fakultas memiliki persyaratan yang berbeda. Dia mengaku saat mendaftar mahasiswa berprestasi, terdapat perbedaan persyaratan antara tahun sebelumnya dan tahun saat dia mendaftar.

Saran ketiga, kata Nadya, ‘enjoy the process’, Dia beranggapan jika semuanya itu bukan tentang hasil, melainkan proses yang membuat terus belajar dan ‘enjoy’ di dalamnya.

Adapun saran yang Nadya tawarkan bagi yang hendak masuk Universitas Pancasila adalah, pertama, ketahui mimpi dan tujuan hidup terlebih dahulu. Apakah Universitas Pancasila dapat membantu mewujudkan mimpi atau tidak?

Kemudian, lanjut Nadya, meminta restu dari orang tua dan guru. Ini penting untuk melihat kemampuan finansial, akomodasi, kehidupan kuliah dan sebagainya. Saran terakhir adalah bertawakal.

“Meskipun tidak masuk Universitas Pancasila, tapi masuk ke universitas lain itu sama saja tergantung kita sebagai individu bisa mengembangkan potensial diri masing-masing,” tegasnya. (srv)

Exit mobile version