Cegah Tawuran, Pokja Jurnalis Jakut Gelar Pelatihan Jurnalistik bagi Siswa SMA

Cegah Tawuran, Pokja Jurnalis Jakut Gelar Pelatihan Jurnalistik bagi Siswa SMA - jju - www.indopos.co.id

Kegiatan pelatihan jurnalistik siswa SMA oleh Pokja Jurnalis Jakarta Utara di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. (Dok Pokja JJU)

INDOPOS.CO.ID – Kelompok Kerja (Pokja) Jurnalis Jakarta Utara (Jakut) memberikan pelatihan jurnalistik kepada siswa SMA setempat di Kantor Wali Kota Jakarta Utara untuk membangun karakter positif.

Ketua Pokja Jurnalis Jakarta Utara, Faqih Hailami, menyatakan bahwa dengan membangun karakter positif, diharapkan siswa tidak terlibat dalam kegiatan kriminal, termasuk tawuran.

“Karena seringkali meliput kasus kriminal yang melibatkan remaja, seperti tawuran dan perundungan, kami menginisiasi pelatihan jurnalistik setiap Sabtu di Kantor Wali Kota Jakarta Utara,” katanya Minggu (19/11/2023).

Menurutnya, pelatihan ini melibatkan aspek teknis penyampaian informasi dan materi pengenalan aturan penyebaran informasi dalam hukum perundang-undangan untuk meningkatkan literasi digital.

Peserta pelatihan, yang mayoritas adalah pelajar SMA di Jakarta Utara, juga diberi kesempatan untuk melihat kondisi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Jakarta sebagai materi praktik lapangan.

“Kunjungan ke lapas tersebut akan dilaksanakan setelah 12 pertemuan pelatihan jurnalistik berlangsung, dari 18 November 2023 hingga 3 Februari 2024,” ujarnya.

Faqih berharap peserta dapat merealisasikan penyebaran informasi positif di lingkungan mereka dan mampu menekan angka kriminalitas di kalangan pelajar.

Sementara itu, Kepala Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Polisi Gidion Arif Setyawan mengungkapkan jiwa Anti-Tawuran harus dihidupkan kembali di wilayah Jakarta Utara agar tidak muncul kembali.

Tak hanya mendesain tujuh kendaraan operasional dengan atribut-atribut Satuan Tugas Anti-Tawuran atau pemberian rompi Satgas kepada 257 personel Patroli Bersama (Patma) di lingkungan RW se-Jakarta Utara.

“Lebih dari itu, semua cara kita lakukan, mulai dari membina, ke sekolah kita komunikasi dengan sekolah. Lalu upaya-upaya preventif juga kita lakukan selain upaya represif,” kata Gidion.

Gidion mengatakan masyarakat Jakarta Utara masih sangat paternalistik atau menghormati figur. Oleh karena itu, figur masyarakat anti-tawuran itu mesti dihidupkan secara masif oleh seluruh kalangan.

Dia berharap semua pihak bisa ikut terlibat dan menjaga spirit (semangat) mencegah tawuran yang kerap terjadi di beberapa wilayah seperti Penjaringan, Cilincing, Koja, dan Tanjung Priok. (fer)

Exit mobile version