Jika Puan Tak Dicalonkan PDIP, Akhir dari Trah Soekarno

Ikhsan Ahmad

Akademisi Untirta Ikhsan Ahmad Area lampiran

INDOPOSCO.ID – Persaingan elit politik di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk tiket maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, semakin sengit.

Puan Maharani yang kini menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng), calon potensial untuk memimpin Tanah Air.

Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Ikhsan Ahmad menilai, persaingan dalam persiapan kompetisi di Pilpres 2024 merupakan hal biasa yang kerap terjadi.

Seharusnya, persaingan dua kandidat itu tidak perlu mencuat ke publik karena PDIP merupakan partai yang demokratis dan dapat diselesaikan di internal.

“Semestinya persaingan internal tidak perlu menjadi konsumsi publik, artinya jika PDIP partai yang demokratis dan memiliki kadarisasi yang jelas, harusnya selesai dengan pemilahan dan penyelesaian siapa yang terbaik untuk dimajukan sebagai calon,” katanya saat dihubungi, Kamis (17/2/2022).

Ia menilai, tidak ada keuntungan dan kerugian antara persaingan Puan dan Ganjar bagi masyarakat.

Mengingat, konflik itu murni merupakan persoalan elit partai dan hanya menguntungan elit-elit politik yang saling mendukung.

“Tidak ada keuntungan atau kerugian yang berkolerasi dengan kepentingan rakyat, karena konflik elit biasanya hanya memberi keuntungan di lingkaran elit saja,” ungkapnya.

Menurutnya, meskipun saat ini Ganjar selalu unggul diberbagai survei politik, bisa menjadi salah satu acuan partai mengusung.

Tetapi, usungan Ganjar akan berdampak pada berakhirnya kepemimpinan yang berasal dari trah Soekarno secara langsung.

“Jika Ganjar atau Puan sudah dicalonkan rasanya partai akan totalitas. Kemungkinan kerugian jika Puan tidak dicalonkan, berdampak pada kepemimpinan yang tidak berasal dari trah Soekarno langsung dan saya pikir masa kepemimpinan yang berasal dari trah sudah berakhir,” jelasnya. (son)

Exit mobile version