Calon Pengantin Jadi Tumpuan Hulu Cegah Stunting

muhadjir

Menko PMK Muhadjir Effendy dalam satu kesempatan kunjungan kerja ke daerah. Foto : Ist

INDOPOS.CO.ID – Upaya menurunkan stunting menjadi salah satu program pembangunan manusia di sektor yang paling hulu. Karenanya, seluruh pemangku kepentingan harus semaksimal mungkin dalam menjalankan peran demi mempercepat penurunan stunting hingga mencapai target 14 persen pada 2024.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut calon pengantin (catin) memiliki peran sangat penting dalam upaya menurunkan stunting.

“Persoalan stunting ini kompleks dan memerlukan banyak perhatian. Peranan dokter keluarga diharapkan tidak hanya fokus pada penanganan stunting, tapi kalau bisa juga sampai persiapan perkawinan itu bagi calon pengantin,” ujar Menko PMK saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Ikatan Dokter Indonesia dengan tema Peran Dokter Keluarga Indonesia dalam Konvergensi PASTI (Penurunan Angka Stunting di Indonesia), Sabtu (5/3/2022).

Muhadjir menyatakan bahwa pemerintah kini tengah merancang program sertifikasi pranikah. Seluruh pihak termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat turut terlibat dalam proses implementasi kebijakan program tersebut.

“Dalam hal ini, setiap daerah agar ada pendampingan oleh para dokter keluarga sehingga ini akan memperkuat upaya kita untuk memberikan intervensi dalam penurunan stunting,” ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Muhadjir menekankan bahwa penurunan stunting merupakan persoalan nasional yang sangat mendesak dan penting diselesaikan untuk mempersiapkan generasi emas di 2045. Tentunya, generasi yang betul-betul bisa diandalkan, lebih berkualitas, lebih cerdas, dan lebih sehat dibandingkan generasi sebelumnya.

Dalam rangka memberikan pendampingan di desa, menurut Muhadjir, dokter keluarga dapat melakukan pendekatan kearifan lokal. Misalnya, dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya mengonsumsi ikan kepada masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

NTT merupakan provinsi yang memiliki prevalensi angka stunting tertinggi secara nasional yaitu 37,8 persen. Padahal, ironis, daerah tersebut merupakan daerah pesisir yang dikelilingi laut dengan hasil tangkap ikan yang sangat besar yang mestinya dapat dikonsumsi sehari-hari.

Bukan hanya NTT, beberapa daerah juga diketahui masih memiliki angka stunting yang tinggi atau berada di atas angka rata-rata nasional. Sulawesi Barat 33,8 persen, Aceh 33,2 persen, Nusa Tenggara Barat 31,4 persen, dan Sulawesi Tenggara 30,2 persen.

“Saya harap kita akan bisa menyiapkan kualitas kehidupan keluarga menjadi lebih baik dan semakin memperkuat intervensi penurunan stunting,” tandas Menko PMK. (ney)

Exit mobile version