INDOPOS.CO.ID – Kalimantan Selatan (Kalsel) memiliki potensi besar melibatkan sektor swasta dalam kegiatan penurunan stunting, dengan menjadi Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dań Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, saat menjadi pembicara kunci dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Kalimantan Selatan (Kalsel) 2024 yang digelar Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel, Kamis sore (18/4/2024) di Hotel Rattan Inn, Banjarmasin.
“Beberapa waktu lalu saya dan pak Wakil Gubernur mengumpulkan Bapak Asuh Anak Stunting. Waktu itu komitmen pak wagub kita bersurat secara Khusus untuk memberikan dorongan kepada perusahaan-perusahaan. Akhirnya para pengusaha-pengusaha itu menjadi bapak asuh,” ujar dokter Hasto dalam Rakerda yang bertemakan “Kalsel Bergerak Optimalisasi Bonus Demografi & Peningkatan SDM menuju Indonesia Emas 2045”.
“Misalnya Kabupatan Tapin, stuntingnya sudah turun 10 persen. Jutaan telur dikerahkan untuk dibagikan oleh Bupati dan jajarannya dengan melibatkan swasta. Kemudian Kota Baru, sudah berkomitmen menggerakkan sektor swasta dan akan semakin berperan aktif,” kata dokter Hasto.
“Kami terima kasih sekali, kepada Kalsel yang mampu menggerakkan sektor swasta,“ jelas dokter Hasto di hadapan 138 peserta yang berasal dari dinas – dinas mitra kerja se-Kalsel dan organisasi profesi.
Adapun untuk Kalimantan Selatan, berdasarkan laporan Kepala Perwakilan BKKBN Kalsel, Ramlan, selaku ketua penyelenggara Rakerda, capaian yang telah diperoleh pada 2023 meliputi Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) turun menjadi 2,1; meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) menjadi 71,2%.
Selain itu, menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need menjadi 5,9%; menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun menjadi 24,3; meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (IPK) sebesar 62,67%; serta meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) perempuan menjadi 20,5 tahun.
Pada kesempatan itu juga turut dilaksanakan pengukuhan Bapak Asuh Anak Stunting kepada Kepala Kantor Regional VIII Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan penandatangan MOU antara Perwakilan BKKBN P Kalimantan Selatan dengan Polda Kalimantan Selatan, serta Penyerahan Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada Walikota Banjarmasin, Pj. Bupati Batola, Pj. Bupati Tanah Laut, Pj. Bupati Hulu Sungai Selatan, Sekda Tanah Bumbu, Asisten I Kota Banjarbaru, serta Asisten I Kotabaru.
Berbicara tentang sumber daya, dokter Hasto menyatakan teringat dengan pesan Prof Emil Salim. “Kita hanya akan hebat jika sumber daya alam digeser untuk sumber daya manusia. Karena jelas batubara akan habis, nikel akan habis dan kayu juga akan habis. Kalau mau beruntung, semua hasil dari sumber daya alam itu dikerahkan untuk sumber daya manusia.”
Penegasan dokter Hasto itu sekaligus menjawab pertanyaan yang dilontarkannya. “Kapan suatu wilayah menjadi kaya raya?” Jawab dokter Hasto, “Ketika ia masih mempunyai sumber daya alam. Tapi ketika sudah habis, berat sekali.”
Dokter Hasto membayangkan Kalsel mengalokasikan anggaran dari sumber daya alam untuk mendukung pendidikan masyarakatnya. Selanjutnya, ia berharap pemerintah setempat membuat kebijakan, di mana satu desa harus menyekolahkan satu orang penduduknya menjadi dokter. “Momentum untuk menaikkan SDM itu ketika sumber daya alam masih ada,” tegasnya kembali.
Mantan Bupati Kulon Progo (DI Jogjakarta) dua periode ini juga berharap jika eksplorasi batu bara sudah tidak ada, Kalsel bisa berubah wajah menjadi sebuah wilayah yang memiliki perguruan tinggi hebat. Perguruan tinggi tersebut menjadi center of excellence untuk riset hasil-hasil tambang.
“Jadi, pusatnya ahli tambang ada di sini. Dan Kalsel ke depannya bisa seperti Singapura, tidak punya batubara, tidak punya kayu tapi menjadi center of excellence, sehingga menjadi daerah yang kaya raya, karena punya orang-orang hebat,” harap dokter Hasto. (ney)