Prevalensi Stunting Sumut Tinggi, 13 Kabupaten/Kota Status Merah

stunting

Kepala BKKBN Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), dalam sosialisasi percepatan penurunan angka stunting di Sumut, Rabu (9/3/2021)

INDOPOS.CO.ID – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) gerilya sosialisasikan program percepatan menurunkan angka stunting. Tiap hari beda provinsi yang dikunjungi dan tiap daerah hasil nya membuat geleng-geleng kepala. Seperti kondisi prevalensi stunting di Sumatera Utara (Sumut) Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 sangat memprihatinkan.

Tercatat 13 dari 33 kabupaten/kota yang berada di Sumut berstatus “merah” alias memiliki prevalensi stunting di atas angka 30 persen. Malah Mandailing Natal dengan prevalensi stunting 47,1 persen memuncaki peringkat nomor 2 dari 246 kabupaten/kota pada 12 provinsi prioritas berdasar data SSGI 2021. Dengan Padang Lawas yang berprevalensi 42 persen, masuk dalam 10 besar daerah berstatus merah.

“Program, kegiatan dan anggaran untuk percepatan penurunan stunting menjadi saling melengkapi sehingga intervensi yang diberikan betul-betul diterima oleh rumah tangga sasaran. Dengan keberadaan 10.323 Tim Pendamping Keluarga atau TPK yang ada di Sumut atau setara dengan 30.969 orang penggerak pendamping keluarga, persoalan stunting di seantero Sumut harus bisa teratasi,”jelas Kepala BKKBN Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kamis (10/3/2022).

Status merah selain disandang Mandailing Natal dan Padang Lawas, juga mencakup Pakpak Bharat, Nias Selatan, Nias Utara, Dairi, Padang Lawas Utara, Nias, Kota Padangsidempuan, Langkat, Batubara, Labuan Batu Utara serta Tapanuli Selatan.

Sementara yang berstatus kuning atau yang memiliki prevalensi stunting di kisaran 20 hingga 30 persen meliputi Samosir, Simalungun, Nias Barat, Labuan Batu, Labuhan Batu Selatan, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Kota Gunung Sitoli, Kota Tanjung Balai, Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, Karo, Toba Samosir, serta Binjai. Tepatnya daerah yang berstatus kuning di Sumut berjumlah 14 daerah.

“Data-data yg diberikan BKKBN menjadi pijakan kita semua untuk bergerak dan melakukan konvergensi, kata Wakil Gubernur Sumatera Utara, H. Musa Rajekshah, S.Sos., M.Hum.

Rajekshah yang juga Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Sumatera Utara juga optimis Sumut dapat mencapai target penurunan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024.

Pada kesempatan itu, Bupati Samosir Vandiko T. Gultom ST, mengajak seluruh stakeholder untuk saling bersinergi memberikan pemahaman tentang Gerakan Masyarakat Sehat (Germas), pemenuhan asupan makanan bergizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas SDM, penanggulangan stunting di Samosir.

“Samosir masuk dalam tingkat prevalensi stunting kuning, untuk itu kami juga harus berjuang meningkatkan status menjasi hijau, guna mengejar target 14 persen pada 2024,” ujar Vandiko. (ney)

Exit mobile version