Minim Tenaga Kerja Ahli, Pemerintah Lanjutkan Program Competitive Fund Vokasi di 2022

competitive fund vokasi 2022

Sosialisasi program competitive fund vokasi 2022 secara daring. Foto: Nasuha/INDOPOS

INDOPOS.CO.ID – Dampak program competitive fund vokasi 2021 berdampak baik pada transformasi jenjang program studi Diploma tiga ke sarjana terapan. Maka pada 2022 ini program tersebut dilanjutkan.

Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) Hendri Tambunan dalam acara daring, Kamis (21/4/2022).

Ia mengatakan, program competitive fund vokasi 2021 banyak diminati mahasiswa. Apalagi dalam program tersebut diberikan bantuan kepada perguruan tinggi vokasi.

“Untuk program di 2022 ini waktunya singkat, jadi kami siap dampingi. Kami akan segera sosialisasi dan persiapkan,” kata Hendri.

“Kami harap perguruan tinggi vokasi bisa ajukan skema bantuan untuk program ini,” tambahnya.

Sementara itu, Pakar Program Competitive Fund Vokasi, M Zenurianto menambahkan, program competitive fund 2022 merupakan kelanjutan 2021. Program tersebut, menurutnya, dampak signifikan terutama program diploma tiga ke sarjana terapan.

“Pada 2030 kita menghadapi bonus demografi. Data ILO kita kekurangan tenaga kerja terdidik dan terampil. Ada 50 persen dari 193 juta tenaga kerja tidak memenuhi kualifikasi pendidikan,” bebernya.

Jumlah tenaga kerja ahli, dikatakan dia, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Seperti Singapura 56 persen, Malaysia 26,8 persen dan Indonesia sendiri baru 10,7 persen.

“Kita butuh percepatan untuk menciptakan tenaga kerja ahli,” tegasnya.

Zenurianto menyebut, ada dua usulan dalam program Competitive Fund Vokasi 2022. Yakni program penyiapan untuk memfasilitasi program diploma tiga jadi sarjana terapan dan program diploma dua jalur cepat.

“Usulan berikutnya yakni program penguatan. Program ini untuk memfasilitasi program studi (prodi) yang mendapatkan surat keputusan implementasi akademik,” terangnya.

Ia menjelaskan, tujuan kedua usulan tersebut untuk meningkatkan kompetensi lulusan, mengadopsi ekosistem industri melalui sistem pembelajaran. Dan membangun perguruan tinggi dengan industri dalam bentuk implementasi.

“Ke depannya kami bisa susun kurikulum bersama industri. Ini untuk menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” katanya.

Ia menambahkan, program sarjana terapan nanti mahasiswa hanya satu semester belajar di kampus dan dua semester atau 1 tahun langsung terjun ke industri.

“Ini bentuk implementasi kolaborasi dengan industri dalam pembelajaran dan inovasi. Dengan menciptakan lulusan sesuai kebutuhan industri,” imbuhnya.

“Untuk anggaran untuk usulan sebesar Rp200 juta, untuk penguatan sebesar Rp300 juta dan tidak lebih dari Rp500 juta untuk yang telah berjalan,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version