Dibandrol Rp2,1 Miliar, DAK Daerah Bisa Dukung Produksi Simulasi Kapal Digital Buatan Dalam Negeri

dikti

Dirjen Dikti Vokasi Wikan Sakarinto di Jakarta (Nasuha/ INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Ship simulator atau simulasi kapal digital produksi dalam negeri harganya hanya Rp500 jutaan. Sementara dengan paket lengkap badan kapal dan monitor 180 derajat harganya hanya Rp2,1 miliar.

Pernyataan tersebut diungkapkan Dirjen Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto di Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Dengan harga tersebut, menurut dia, jauh lebih murah dengan produksi dari negara India. “Dengan spesifikasi yang sama harganya jauh lebih murah dibandingkan produksi India, yang mencapai Rp4,7 miliar,” bebernya.

Ia menjelaskan, berdasarkan Permenhub 70 Tahun 2013, setiap SMK dan perguruan tinggi kemaritiman wajib memiliki alat simulasi tersebut. Sementara selama ini pemenuhan dengan impor.

“Kita kan sudah bisa produksi sendiri, jadi tidak perlu lagi melakukan impor,” ucapnya.

“Alat simulasi kemudi kapal ini dilengkapi dengan berbagai fitur di antaranya: kapal pandu, kapal BMTI, kapal penumpang, sekoci, dan kapal kargo. Sehingga, siswa lulusan SMK dan perguruan tinggi kemaritiman bisa belajar mengemudi kapal secara langsung,” imbuhnya.

Ia menambahkan, selain SMK dan perguruan tinggi kemaritiman, pelabuhan pun wajib memiliki alat simulasi kemudi kapal tersebut. Namun hingga saat ini baru lima pelabuhan yang memiliki, di antaranya Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Banda Neira, dan Benoa.

“Semuanya sesuai dengan kondisi riil yang ada di kapal dan pelabuhan. Dengan demikian, siswa dapat belajar mengemudikan kapal melalui alat simulasi ini,” kata dia.

Untuk itu, dikatakan dia, pemerintah daerah harus mendukung hasil riset ship simulator yang dilakukan pendidikan vokasi tersebut. Dengan mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus (DAK) fisik untuk pengembangan hasil riset tersebut.

“DAK khusus fisik kan ada di daerah, sementara SMK kan punya daerah. Kami dorong mereka bisa mendukung hasil riset ini,” ujarnya. (nas)

Exit mobile version