Jelang Hari Anak Nasional, ‘Haradukuh’ SCBD Atasi Problem Eksistensi Anak

scbd

Para remaja dari Citayam, Bogor, Depok Jawa Barat wara-wiri di kawasan Sudirman, dekat stasiun MRT Dukuh Atas Jakarta Pusat. Foto: Dokumentasi Indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Istilah fashion jalanan anak-anak SCBD (Sudirman, Citayam, Bogor, Depok) kian diperbincangkan masyarakat. Bahkan ada sebutan baru Haradukuh, karena mirip festival fashion jalanan di Jepang yakni, Harajuku.

Melihat antusias para rombongan kereta dan turun naik bus (turis) begitupun para pendatang di tempat tersebut, membuktikan ada energi positif yang dirasakan bersama dengan adanya festival fashion jalanan itu.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), fenomena itu momentum membahagiakan, di tengah berita anak anak menjadi korban kejahatan seksual dan kekerasan serta kekhawatiran paparan ruang digital.

Anak-anak tetap menunjukkan sebagai generasi yang tangguh, apalagi menjelang Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada 23 Juli. Mereka beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan bangkit.

“Saya kira, ini perasan positif yang harus ditangkap banyak pihak untuk berinovasi. Ruang-ruang belajar yang dibatasi tembok itu harus dirubuhkan,” kata Komisioner KPAI Jasra Putra saat dihubungi, Jakarta, Kamis (21/7/2022).

“Jangan menjadi memenjara kreatifitas anak, hanya karena standard ukuran dan nilai. Anak anak perlu diberi kesempatan bereksplorasi,” tambahnya.

Menurutnya, ruang ekspresi dan kreatif memang harus dibuka seluas luasnya untuk anak. Paling penting memberi bahwa negara dan terbuka menerima potensi mereka tanpa batas dalam ruang kreatifitas.

“Jadi kalau ada yang berfikir soal kongkow di SCBD anak jadi salah. Maka pertanyaannya adalah di mana ruang anak, ketika orang dewasa menyampaikan jangan kongkow di situ, dengan seribu alasan,” ucap Jasra.

“Artinya kalau ini yang terjadi, kita sedang menciptakan generasi serba salah. Di mana ruang anak yang menurut orang dewasa lebih baik sebenarnya,” kritiknya.

Warna Jakarta yang biasanya kental dengan hari hari sibuk, determinasi persaingan politik tinggi, wajah pusat kegiatan ekonomi, tiba-tiba bergeser pada nilai menampilkan lebih manusiawi bagi para pekerja, yang biasa di atur waktu dan rutinitas, tempat mereka lewati kini lebih berperadaban dan bernilai budaya. (dan)

Exit mobile version