Literasi Digital Bentengi Diri dari Cyber Bullying

Stop-Cyberbullying

: Tangkapan layar webinar Orbal-Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Stop Cyber Bullying. (Aplikasi Zoom)

INDOPOS.CO.ID – Perkembangan teknologi informasi dan internet menimbulkan banyak dampak yang mempengaruhi perilaku masyarakat, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak buruk kerap terjadi ialah cyberbullying.

Cyberbullying merupakan kejadian seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet.

Anggota Dewan Pengarah Siberkreasi Diena Haryana mengatakan, perundungan di dunia maya memiliki dampak besar kepada korban. Menimbulkan rasa tidak aman, takut, marah hingga kecewa.

“Korban cyber bullying merasakan dampak luar biasa. Korbannya jelas ada, itu real. Kita di luar itu mudah sekali mencibir. Padahal yang dia rasakan dipermalukan orang,” kata Diena dalam Orbal-Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Stop CyberBullying di Internet, Jakarta, Jumat (22/7/2022).

Maka pentingnya literasi digital, dapat menyadarkan pelaku perundungan bahwa tindakannya merusak citra diri dan kehidupan korban menjadi terluka.

“Literasi digital bisa mengingatkan pelaku, bahwa dia merugikan dirinya sendiri sebetulnya. Ketika dia mengungkapkan kata-kata buruk tentang orang lain, sebetulnya dia mengungkapkan keburukan tentang dirinya sendiri. Jadi dia menciptakan jejak digital buruk,” tuturnya.

Head of Content and Counseling Roliv Geby Chyntia menyatakan, setiap individu tidak bisa mengendalikan perilaku seseorang. Namun, tetap bisa merespon sesuatu yang disampaikan orang lain.

“Kita selalu berjuang menyampaikan, bahwa power yang kamu punya adalah untuk mengendalikan reaksi, emosi dan apa yang kamu katakan kembali. Jadi kita fokus peduli bahwa ini sebenarnya bisa dikendalikan,” ujar Geby.

Psikolog klinis dan CEO Personal Growth Ratih Ibrahim menilai, bentuk perundungan menggunakan teknologi digital itu dilakukannya secara sengaja. Pihaknya sering kali menangani kasus serupa sejak internet masif digunakan.

“Artinya (cyber bullying) benar diniatin. Tujuannya menghina, mempermalukan, menyakiti, mengancam dan biasanya yang menjadi objek bully-nya yang dianggap lemah tidak mampu men-defense dirinya,” ucap Ratih.

“Bentuk (cyberbullying) macam-macam, ada yang menyebarkan kebohongan, posting hal-hal memalukan bikin yang bersangkutan tidak berdaya, mengancam menyakiti dan memalukan bikin akun palsu,” tambahnya.

Literasi digital dianggap dapat membentengi diri dari tindakan perundungan. Ada empat pelatihan utamanya yakni kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Kegiatan itu dapat terus dilihat melalui laman resminya atau media sosial @siberkreasi. (dan)

Exit mobile version