BPIP: Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila Bisa Diwujudkan Lewat KKN Mahasiswa

Antonious-Benny-Susetyo

taf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonious Benny Susetyo. Foto: Untuk Indopos.co.id.

INDOPOS.CO.ID – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonious Benny Susetyo, menyatakan bahwa aplikasi nilai-nilai Pancasila bisa diwujudkan lewat kuliah kerja nyata (KKN) para mahasiswa.

Hal ini disampaikan Benny dalam seminar nasional “Pembinaan Ideologi Pancasila dan Pelepasan Mahasiswa KKN Tematik Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) 2022″ yang diadakan di Sidoarjo, Jawa Timur, secara hybrid, Jumat (5/8/2022).

Hadir dalam acara tersebut Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Prakoso; Kepala Kesbangpol Provinsi Jawa Timur R.Heru Wahono Santoso; Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jatim Dyah Sawitri; Rektor Umaha Achmad Fathoni Rodli dan diikuti oleh ratusan mahasiswa Umaha serta tamu undangan lainnya.

Rektor Umaha Achmad Fathoni Rodli menyatakan bahwa BPIP memiliki salam khusus yaitu salam Pancasila dengan mengepalkan lima jari. Hal itu merefleksikan tentang lima sila Pancasila yang harus selalu dijaga dalam kehidupan sehari-hari.

”Terima kasih atas kehadiran jejaring panca mandala dan komunitas media massa dan pimpinan,” ujarnya.

Sementara itu, Prakoso berharap mahasiswa Umaha bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan KKN tematik bulan Agustus ini.

”Adanya nilai Pancasila sebenarnya sudah hadir di desa berdikari Pancasila. Kalau kita flashback, negara ini dibangun oleh mahasiswa. Dulu yang membangun negeri ini diawali oleh pergerakan mahasiswa. Sejak adanya mahasiswa berkumpul di era Budi Utomo tahun 1908, para pelajar telah membulatkan tekad dengan adanya sumpah pemuda dengan berbahasa, berbangsa dan bertumpah darah satu yaitu Indonesia. Selanjutnya perjuangan mendirikan negara yaitu negara Bhinneka Tunggal Ika dilanjutkan dengan peristiwa 1 Juni 1945. Presiden Ir Soekarno pada hari itu menyampaikan bahwa dasar negara Indonesia itu adalah Pancasila,” ujar Prakoso.

”Mengapa Pancasila cocok karena digali dari nilai- nilai bangsa Indonesia yang beraneka warna. Nilai Pancasila sama dengan prinsip prisma. Dasar yang sudah disepakati dalam mendirikan negara adalah Pancasila yang terdiri dari 5 sila. Pancasila sebagai pandangan hidup sudah mendarah daging dan hadir di kehidupan masyarakat Indonesia. Yang membedakan antara bangsa indonesia dengan bangsa asing adalah karena kita punya Pancasila,” tambah Prakoso.

“Ini harus disampaikan kepada masyarakat secara bergotong royong agar menjadi budaya yang berlaku di masyarakat. Kuncinya kita harus bergotong royong antara Umaha dengan jejaring panca mandala. Selain itu kita harus bertoleransi dengan agama lain di daerah, merawat tradisi yang ada dengan gotong royong,” tutur Prakoso.

Selanjutnya, Romo Benny menekankan peranan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila lewat KKN mahasiswa Umaha 2022.

Nilai Pancasila, kata Benny bisa diaplikasikan lewat modal tertentu. Modal sosial masyarakat desa yang guyub, gotong royong menjadi kekuatan dalam memajukan perekonomian desa.

Selanjutnya, modal simbolik yakni nilai-nilai gotong royong menjadi spirit memajukan desa dengan berbasis kekuatan budaya lokal.

”Mereka (mahasiswa) memiliki kekayaan intelektual yakni ilmu pengetahuan, manajemen, ekonomi, maupun teknologi. Tidak hanya dilihat dengan uang tetapi dengan memiliki bakat dan minat, kekuatan membangun relasi komunikasi, memiliki kepribadian nilai keislaman serta mempunyai kekuatan untuk merangkul masyarakat dan menjalankan visi kampus dijadikan sebagai acuan kerja nyata,” tandas Benny.

Benny menjelaskan nilai Pancasila yang menjadi acuan saat ini juga merupakan salah satu hadiah dari para ulama. Pancasila merupakan suatu kompromi dari 1 Juni sampai 17 Agustus 1945.

“Kita menjadi kokoh ini karena menghilangkan sekat agama dan eksklusivitas. Bagi Gus Dur Pancasila dipahami sebagai living ideology dan working ideology bangsa untuk menciptakan kesejahteraan,” katanya.

Menurut Benny mengaplikasikan Pancasila sebagai kerja nyata maka itu sama saja dengan beriman.

“Kita memiliki kesadaran bahwa jika kita mencintai Tuhan maka kita mencintai manusia, bertanggung jawab terhadap kesejahteraan desa dengan membangun kolaborasi melalui ilmu pengetahuan di dunia masing-masing,” jelasnya. (dam)

Exit mobile version