Lestarikan Hutan Bakau untuk Menunjang Ekonomi Masyarakat

Warga-Kampung-Laut

Warga Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Foto: Dok Kemendikbudristek

INDOPOS.CO.ID – Tim Ekspedisi Sungai Batanghari dalam rangka Kenduri Swarnabhumi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tiba di Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Jika dilihat dari kejauhan, Kampung Laut seolah menjadi bagian dari Sungai itu sendiri. Rumah-rumah penduduk dibangun di atas tonggak-tonggak kayu yang menyembul dari dalam perairan di antara rerimbunan pohon-pohon bakau.

Di daerah hilir itu, arus sungai sangat kuat dengan warna air semakin keruh. Sesekali terlihat kapal tongkang melintas hilir mudik mengangkut batubara. Beberapa kampung dan pemukiman tumbuh di sisi barat sungai. Sementara di sisi timur, hanya tampak jejeran hutan bakau memanjang hingga muara.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengungkapkan, beberapa kegiatan ekonomi bisa mendatangkan keuntungan dalam tempo relatif cepat. Namun seringkali tidak sebanding dengan dampak sosial jangka panjangnya pada masyarakat.

“Penambangan liar seperti (yang banyak ditemui,Red) itu, biasanya tidak bertahan lebih dari dua generasi. Cucu kita sudah tidak bisa menikmati,” kata Hilmar Farid dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Padahal ada nilai ekonomis yang bisa didapatkan tanpa merusak lingkungan. Farid mencontohkan seperti hutan bakau. Dari kajian akademis, jika dikelola dengan baik dan dilestarikan, nilainya bisa mencapai 20 ribu dolar AS per hektar per tahun.

“Kita punya berapa ribu hektar? Coba bayangkan bagaimana nilai ekonomis yang bisa dihasilkan dari hutan bakau itu. Termasuk di DAS sungai batanghari ini banyak hutan bakau yang harus diperbaiki dan dijaga,” tutur Farid.

Maka harus ditemukan jalan tengah bagaimana agar lingkungan tetap lestari. Misalnya dengan menjaga hutan bakau dan mengurangi penambangan liar.

“Tapi memang yang jadi masalahnya, biasanya SDM kita. Pengetahuan dan teknologi. Tapi itu bukan tidak mungkin, bisa! Tapi tentu tidak dalam jangka waktu setahun dua tahun,” imbuhnya.

Mayoritas warga Kampung Laut adalah para nelayan dengan hasil tangkapan berupa udang, kerang, ikan asin timang, kepiting dan siput bakau. Sebagian menjadi pedagang, kuliner dan pariwisata, pengepul hasil ikan dan pembuat perlengkapan anak sekolah.(dan)

Exit mobile version