Dukung Layanan Pendidikan di Wilayah 3T, Guru Dibekali Kompetensi Digital

Dukung Layanan Pendidikan di Wilayah 3T, Guru Dibekali Kompetensi Digital - guru belajar mengajar digital - www.indopos.co.id

Ilustrasi. Foto: Freepik

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi mewujudkan transformasi digital di sektor pendidikan.

“Kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang digital. Sehingga menunjang layanan pendidikan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar),” ujar Sundoro staff dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbudristek dalam keterangan, Rabu (12/10/2022).

Ia mengatakan, banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya transformasi digital, di antaranya kemudahan dalam mengakses platform buatan Kemendikbudristek untuk masyarakat.

“Platform yang saat ini sering kita gunakan yakni platform Merdeka Mengajar, platform sumber daya sekolah, akun pembelajaran belajar.id yang tentunya sangat membantu sekali dalam proses belajar mengajar,” tuturnya.

Ia menyebut, ada 6 strategi dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar. Yakni untuk penguatan komunitas belajar bagi pendidik yang berpusat pada komunitas belajar bagi pendidik.

Kemudian, melakukan sosialisasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) secara masal dan mengikuti seri webinar yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah.

“Penting juga melakukan pengelolaan komunitas belajar di satuan pendidikan, di tingkat daerah, dan komunitas dalam jaringan,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi Mira Sahid mengatakan, program literasi digital bagi guru meliputi 4 pilar literasi digital dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami juga membagikan tips supaya aman dalam bermedia digital,” katanya.

Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai angka 73,7 persen per Februari 2022. Angka tersebut terus meningkat dengan banyak aktivitas Work From Home (WFH) dan aktivitas daring selama pandemi.

“Ini tentu memicu berbagai efek, baik positif dan negatif. Salah satunya konten hoax yang perlu diwaspadai oleh setiap pengguna sosial media,” katanya.

“Kita semua bisa menjadi agent of change dalam merespon banyaknya konten negatif yang beredar. Hal itu dapat dilakukan mulai dari circle terkecil kita, seperti keluarga, sekolah, hingga masyarakat di sekitar kita,” imbuhnya.

Lebih jauh ia mengungkapkan, setiap pengguna media sosial memiliki posisi yang setara dan porsi yang sama untuk menyampaikan pendapat di ruang digital. Namun demikian harus memperhatikan batasan-batasan untuk tetap menjaga keamanan dan kenyamanan digital.

“Memahami etika digital adalah kewajiban dan kebutuhan warganet supaya memiliki rekam digital yang baik,” ujarnya. (nas)

Exit mobile version