Bedakan Fakta Atau Hoaks, Butuh Intervensi Cek Fakta di Lingkungan Sekolah dan Kampus

literasi

FGD literasi digital. Foto: AMSI for INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Sekolah dan kampus bisa menjadi sarana pendidikan literasi digital bagi siswa dan mahasiswa. Pasalnya, hoaks, kabar bohong dan fitnah marak beredar di masyarakat.

Materi cek fakta diyakini sebagai imunisasi bagi siswa dan mahasiswa, agar mereka tahu membedakan fakta dan hoaks yang bertebaran melalui gawai dan piranti digital lainnya.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), mereka ingin melebarkan jangkauan edukasi cek fakta. Dengan memasukkan materi cek fakta ke sekolah dan kampus.

“Tujuannya untuk mengembangkan nalar kritis siswa dan mahasiswa. Apa yang harus mereka lakukan saat menerima informasi, sehingga mereka memiliki skill memilah mana hoaks, mana fakta. Tidak mudah terlena oleh informasi yang mereka terima dari medsos maupun media perpesanan,” ujar Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho dalam keterangan, Rabu (26/10/2022).

Ia mengatakan, advokasi kebijakan materi cek fakta perlu diintegrasikan dalam pelajaran di sekolah dan kampus. Maka, perlu ada advokasi kebijakan agar pemerintah dalam hal ini Kemendikbud Ristek menerima gagasan ini.

Pengamat Pendidikan Darmaningtyas mengatakan, strategi yang tepat memasukkan materi cek fakta dan literasi media adalah dengan cara intervensi dan terintegrasi dalam sejumlah mata pelajaran.

“Yang dipentingkan adalah nalar kritis saat menghadapi informasi dan itu bisa dimasukkan dalam sejumlah mata pelajaran,” katanya.

Beberapa studi tentang literasi digital di kalangan generasi Z dan milenial menunjukkan adanya kecakapan yang cukup dalam penggunaan media digital. Potensi yang dimiliki anak muda harus diiringi dengan literasi media, agar dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Direktur Eksekutif AMSI Adi Prasetya mengatakan, dalam cek fakta, Mafindo, AMSI, dan AJI, tidak hanya membuat debunking, bantahan, atau memeriksa fakta. Mereka juga mengembangkan pre-bunking, pencegahan agar hoaks tidak makin menyebar.

“Gampangnya, masyarakat harus dikasih ‘vaksin,’ supaya kalau ada hoaks, kita sudah siap. Orang tidak akan mudah kena hoaks dan menjadi kebal,” ujarnya. (nas)

Exit mobile version