Potensi Konflik, MUI: Tahun Politik, Publik Figur Jangan Mudah Menebar Polemik

Arif-Fahrudin

Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Arif Fahrudin Foto: MUI for INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Menjelang tahun politik, publik figur cenderung hobi “menari” di atas polemik. Sehingga berpotensi menyuguhkan atau meletupkan arena konflikisasi di ruang publik.

Pernyataan tersebut diungkapkan Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Arif Fahrudin di Jakarta, Senin (20/2/2023). Ia menuturkan, publik figur mudah lupa, bahwa ada masyarakat akar rumput yang perlu diperhatikan dari efek statemen dan sikap publik figur.

“Terlepas dari motif saling mengoreksi, kompetisi, atau menegasi antar sesama publik figur, janganlah mudah menari atau menyulut api perbedaan di level elit,” katanya.

“Karena api kecil di level elit bisa menyulut api besar di akar rumput,” imbuhnya.

Ia menuturkan, publik figur hendaknya lebih hobi mengedepankan etika saling berbaik sangka (husnu tafahum) dan berdialog. Dan mampu menahan diri untuk tidak menyuguhkan narasi saling berhadapan sebelum adanya saling konfirmasi di antara sesama.

Publik figur, lanjut dia, hendaknya mempertimbangkan efek statemen di ruang publik yang berpotensi memperbesar dan memperlebar jurang konflik. “Sikap publik figur yang tidak mengindahkan prinsip prasangka baik sesama publik figur, justru menyulut potensi konflik di akar rumput,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, agar publik figur tidak hobi membuat kapitalisasi perbedaan di ruang publik. Dengan memperbanyak kapitalisasi persamaan, saling menasihati secara bijak dan proporsional.

“Dalam tuntunan Islam gamblang dijelaskan, jika ada statemen atau sikap yang dinilai kurang proporsional, hendaknya elit melakukan klarifikasi (tabayun),” terangnya.

“Selama fase menuju tabayyun itu, elit lainnya tidak boleh “menyerang” atau mengagitasi publik ke arah sudah menyalahkan elit yang mau bertabayyun,” imbuhnya.

Ia menyebut, itulah etikanya. Kalau itu tidak dijalankan, menurut dia, berarti memang di antara elit figur telah terjadi hobi main api yang bisa membakar nalar pikir publik.

“Etika publik figur hendaknya perlu berkomitmen untuk lebih menyuguhkan ruang teduh di ranah publik. Tidak mudah terburu-buru saling menyudutkan hanya demi kepentingan kelompoknya sendiri,” tegasnya.

“Islam jelas menyebutkan saling menasihati dengan cara yang benar dan sabar. Kepentingan kerukunan publik tentu lebih prioritas dikedepankan terutama oleh publik figur,” imbuhnya.(nas)

Exit mobile version