INDOPOS.CO.ID – Dalam rangkaian acara Muhibah ke Rabat, Maroko, Jumat (26/4/2024), delegasi Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengunjungi al-Majlis Al-ilmy al-A’la sebagai lembaga yang langsung dipimpin oleh Raja untuk membina dan menata kehidupan beragama di Maroko.
Delegasi MUI yang terdiri dari unsur pimpinan antara lain Sekretaris Jenderal Amirsyah Tambunan, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Profesor Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Bidang Seni dan Budaya Jeje Zainudin, Bendahara Erni Juliana dan Trisna Djuwaeli, serta beberapa pengurus pusat lainnya dan beberapa pengurus di lingkungan MUI.
Al Majlis al ilmi al a’la (MIA) dalam kegiatan sehari-harinya dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Syekh Dr. Muhammad Yusuf. Lembaga ini memiliki tugas untuk menggkoordinasi berbagai program dakwah dan kemasjidan di seluruh Maroko.
Lembaga ini memiliki struktur di tingkat pusat hingga wilayah, untuk memakmurkan berbagai masjid dan menata dakwah Islam di seluruh wilayah Maroko.
Di Indonesia, MIA dapat disamakan perannya dengan MUI dalam hal pembinaan kehidupan beragama. Bedanya, MUI tidak berwenang mengangkat dan menggaji tenaga-tenaga takmir, imam, dan khatib sedangkan MIA mengangkat dan menempatkan mereka sebagai pegawai negeri urusan takmir dan dakwah.
Sekretaris Jenderal Al Majlis al ilmi al a’la (MIA) Syekh Dr. Muhammad Yusuf mengatakan, lembaga ini memiliki tugas untuk menggkoordinasi berbagai program dakwah dan kemasjidan. MIA mengungkapkan kebahagiaanya yang mendalam karena dapat bertatap muka langsung dengan para ulama dari Indonesia.
Hal itu, menurutnya, karena Indonesia memiliki posisi khusus di hati orang-orang Maroko. Posisi khusus itu disebabkan oleh dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Maroko.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal MUI Pusat Amirsyah Tambunan memperkenalkan delegasi MUI dan menjelaskan tentang misi MUI untuk membangun jejaring lembaga keulamaan dunia. Atas dasar itulah, MUI melakukan berbagai komunikasi dengan lembaga keulamaan di Palestina, Yordania, Uzbekistan, Mesir, Australia, dan Maroko.
Hal itu menurutnya, ditujukan untuk menyamakan persepsi dan bertukar pengalaman tentang pembinaan kehidupan beragama yang kontributif bagi perkembangan peradaban.
Sekretaris Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI Pusat Andy Hadiyanto menjelaskan peran MUI sebagai mitra pemerintah dan keinginan MUI untuk menjalin kerja sama konkret dengan MIA, khususnya dalam manajemen dakwah Islam dan kegiatan takmir masjid.
Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal MIA menghadiahkan kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik yang ditahqiq oleh para Ulama MIA. Sebaliknya, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Profesor Sudarnoto Abdul Hakim menghadiahkan beberapa buku yang dihasilkan MUI diantaranya prosiding Muktamar tentang agama, perdamaian, dan peradaban, buku Wisata Halal, dan Buku Panduan Fatwa MUI. (rmn)