Prevalensi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem Sulteng Tinggi

stunting

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, (Batik) Roadshow Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Sulteng, Senin (27/3/2023). Foto : Ist

INDOPOS.CO.ID – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan akan mengawal secara khusus penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Hal tersebut disampaikannya dalam kegiatan Roadshow Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem secara daring di Sulteng, Senin (27/3/2023).

“Prevalensi stunting dan kemiskinan ekstrem Sulteng masih sangat tinggi,” terang Muhadjir Effendy.

Berdasarkan data SSGI 2022, prevalensi stunting 28,2 persen. Angka tersebut mengalami penurunan sedikit dari pada tahun 2021 sebesar 29,7 persen. Kemudian, angka kemiskinan ekstrem berdasarkan data BPS 2022 masih di atas rata-rata nasional yaitu 3,02 persen.

Angka nasional 2022 stunting 21,6 persen dan kemiskinan ekstrem 2,04 persen. Beberapa daerah masih memiliki angka stunting yang cukup tinggi di atas 30 persen. Kabupaten Sigi adalah daerah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, yakni mencapai 36,8 persen. Angka itu turun dari 2021 sebesar 40,7 persen.

Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi menyampaikan, upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut seperti mewajibkan setiap desa untuk menyiapkan lahan seluas tiga hektare yang diperuntukan untuk keluarga yang berisiko stunting.

Meskipun demikian, Sigi pun masih mengalami kendala dalam pengelolaan irigasi serta infrastruktur yang kurang memadai.

Kemudian, stunting di Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 31,3 persen. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses air bersih. Menurut Wakil Bupati Tojo Una-Una Ilham Lawidu berbagai upaya telah dilakukan untuk memperoleh air bersih di daerah tersebut.

Namun, hal tersebut masih belum berhasil dilakukan. Bahkan, terdapat dua desa yang masih menggunakan air hujan untuk mendapatkan air bersih.

Selain itu, Kabupaten Donggala memiliki angka stunting mencapai 32,4 persen. Untuk mengatasi masalah tersebut Bupati Donggala Kasman Lassa menjelaskan, pemkab melakukan berbagai upaya seperti membentuk Rumah Cegah Stunting dengan tujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat berisiko stunting di daerah tersebut. Sehingga dapat melibatkan seluruh masyarakat mengenai betapa pentingnya menurunkan stunting.

Kemudian, di Kabupaten Buol masalah transportasi dan infrastruktur yang terbatas membuat angka stunting di daerah ini masih cukup tinggi, yaitu 32,7 persen.

Masalah transportasi, jarak untuk menempuh ke pusat kota memerlukan waktu hingga 16 jam perjalanan juga menghambat penanganan kemiskinan ekstrem. Selain itu, akses transportasi udara sejak tahun 2020 masih terhenti sejak adanya pandemi Covid-19.

Menko PMK meminta seluruh pemda, terutama Bappeda, untuk merancang secara menyeluruh tentang kebutuhan sanitasi air minum dan air bersih. Rancangan ini akan dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR, agar bisa dipercepat realisasinya Dia juga meminta supaya Kementerian PUPR, agar memberikan perhatian khusus kepada Sulteng.

“Saya akan kawal terkhusus Sulteng ini agar pemenuhan sanitasi, air bersih, air minum bisa dilakukan maksimal sehingga target penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem bisa dilaksanakan dengan baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menurut Menko PMK, untuk mengatasi stunting di Provinsi Sulteng bisa dibantu dengan memanfaatkan potensi ikan laut yang sangat kaya. Dia meminta supaya pemanfaatakan ikan laut sebagai yang merupakan sumber nutrisi tinggi bisa dimaksimalkan untuk mengatasi stunting.

Sulawesi Tengah ini khas dengan produk ikannya yang melimpah. Mestinya kalau bisa dimanfaatkan secara maksimal mestinya tidak ada stunting di Sulawesi Tengah. Karena asupan gizi, terutama protein hewaninya melimpah.

Apalagi asam folat dari ikan lautnya alami yang bisa untuk men-drive perkembangan uuidak mungkin akan lahir generasi muda berprestasi yang akan menjadi penerus Presiden RI ke-3 BJ Habibie, yang merupakan tokoh dari Sulawesi.

“Jadi mestinya dari Sulawesi Tengah ini akan lahir penerus Pak Habibie banyak ini mestinya. Karena ini merupakan daerah kebutuhan protein hewaninya yang sangat terpenuhi. Mudah-mudahan semua bisa berjalan dengan baik saya sudah lihat semangatnya. Untuk kita bisa meningkatkan kinerja ke depan,” ujarnya. (ney)

Exit mobile version