Upaya Sadar Risiko Perlu untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

MASINDO

MASINDO

Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) Dimas Syailendra (kanan) bersama Peneliti Utama Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes (tengah), dan Pengamat kebijakan publik dari Center of Youth and Population Research (CYPR) Boedi Rheza (kiri) menjadi pembicara dalam diskusi media bertema "Menanamkan Nilai-Nilai Sadar Risiko untuk Mengatasi Masalah Publik Demi Menuju Visi Indonesia Emas 2045" yang digelar oleh MASINDO, di Jakarta, Selasa (12/9/2023). Foto: MASINDO

INDOPOS.CO.ID – Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) menggelar ‘Diskusi Media: Menanamkan Nilai-Nilai Sadar Risiko untuk Mengatasi Masalah Publik Demi Menuju Visi Indonesia Emas 2045’ di Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Kegiatan yang bertepatan dengan International Day of Clean Air 2023 ini menjadi momen untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor kesehatan, lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya, bersama dengan masyarakat menerapkan kesadaran risiko dan aksi nyata guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Ketua MASINDO Dimas Syailendra Ranadireksa mengatakan, upaya sadar risiko perlu diimplementasikan oleh semua pihak dalam kehidupan sehari-hari, serta perlu adanya peran aktif masyarakat dengan meningkatkan kesadaran untuk tidak mengesampingkan risiko dan aktif mencari informasi guna mencegah terjadinya masalah publik.

“Secara berkelanjutan, MASINDO memasyarakatkan nilai sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kampanye sosial, kajian dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ujarnya.

Sebagai upaya sadar risiko, mengurangi emisi langsung dari sumber polusi dengan beralih ke energi terbarukan adalah langkah efektif untuk mengurangi polusi udara. Termasuk menggunakan helm dan sabuk pengaman juga termasuk upaya dari sadar risiko.

Selain itu, kebiasaan merokok berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Ada upaya pengurangan risikonya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan merokok.

“Salah satu solusi di tengah ancaman risiko adalah membangun pola pikir dan kebiasaan sadar risiko beserta upaya mitigasinya untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, terutama transformasi kualitas SDM,” tuturnya.

Peneliti Utama Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes, menjelaskan, untuk merealisasikan visi Indonesia Emas 2045 diperlukan implementasi manajemen risiko dalam kehidupan sehari-hari.

“Berbicara mengenai visi Indonesia Emas 2025, kita harus optimistis. Dalam ilmu kesehatan, kehidupan adalah bagaimana mengelola risiko. Jadi kita harus bersiap menghadapi risiko ke depan,” jelasnya.

Berkaitan dengan permasalahan polusi udara yang berpotensi menghambat dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, menurutnya sejauh ini BRIN terus membangun kolaborasi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kesehatan, serta Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk terus memantau perbaikan kualitas udara di Indonesia.

Pengamat Kebijakan Publik Center of Youth and Population Research (CYPR), Boedi Rheza menambahkan, permasalahan polusi udara merupakan isu krusial yang harus diselesaikan secara gotong-royong dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

“Permasalahan polusi udara yang terjadi saat ini tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia yang masih menggunakan energi fosil. Kami mengapresiasi peran MASINDO yang secara konsisten memasyarakatkan perilaku sadar risiko sebagai langkah pencegahan dengan aksi nyata yang berkontribusi bagi lingkungan hidup,” bebernya.(rmn)

Exit mobile version