Transformasi ASN, Kemenag: Butuh Penguatan Kompetensi di Era Digital

asn

Talkshow Penguatan Kompetensi Digital. Foto: Kemenag untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Staf Ahli Menteri Agama Bidang Riset, Hasanuddin Ali, membuka diskusi dengan merinci tantangan terbesar dalam transformasi digital ASN. Ali menyoroti perubahan mindset, khususnya bagi generasi X yang berasal dari dunia analog, untuk bisa beradaptasi dengan teknologi digital.

“Seringkali gen x ini tergagap-gagap dalam melakukan aktivitas di dunia digital, ini menurut saya tantangan yang paling berat dan harus kita tangani,” ujar Hasanuddin Ali di Jakarta, Jumat (5/1/2023).

Menurutnya, digital itu penting bagi kita semua, sebagian besar masyarakat Indonesia hari ini itu didominasi oleh generasi milenial dan gen Z. Di 2010 jumlah di dua generasi ini, milenial dan gen Z, menurut data sensus BPS 2020, disebut bonus demografi ini jumlahnya 53 persen.

“Ketika kita bicara anak muda, maka disaat bersamaan kita harus bicara soal digitalisasi. Ketika kita bicara soal digitalisasi, maka di saat bersamaan kita juga harus bicara anak muda. Ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” terangnya.

Hasanuddin menyebut bahwa media digital kita sudah masuk ke dalam ruang-ruang privat kita. Komunikasi-komunikasi kita di lingkungan terdekat kita, di lingkungan kerja kita, sudah mulai beralih dari komunikasi verbal ke komunikasi teks melalui WhatsApp dan media lainnya.

Dikatakan Hasanuddin, data ASN Kemenag muda kita cukup besar, yang usianya di bawah 39 tahun jumlahnya 13,5 persen. Jumlah ini menurutnya sebagai modal kuat untuk melakukan akselerasi terhadap program Kemenag dan salah satu caranya adalah melalui digitalisasi. Maka, munculah aplikasi Pusaka Super Aps, pelatihan berbasis digital MOOC, dan lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Mastuki mengatakan bahwa ASN Kemenag telah bergerak dalam penguatan layanan pelatihan melalui digital. Ia menyoroti perbedaan antar generasi dalam memanfaatkan layanan digital, dengan 72 persen dari ASN generasi X memanfaatkan MOOC.

Mastuki juga menekankan pentingnya Digital Learning Center (DLC) yang memungkinkan diakses oleh berbagai generasi. Pergerakan ASN Kemenag dalam pelaksanaan penguatan layanan pelatihan melalui digital itu usia ASN menentukan. Yang memanfaatkan MOOC pintar itu usia generasi X, generasi Z, dan sisanya generasi baby Boomer,

“Ada gap yang cukup besar, tetapi ASN di Kemenag sangat antusias untuk memanfaatkan layanan-layanan digital itu,” ucapnya.

Dalam konteks inilah, kata Mastuki, DLC yang memacu kami untuk bisa melayani semua ASN dengan pendekatan-pendekatan yang berbeda. Yang dilakukan pihaknya semuanya bisa diakses, tidak hanya ASN. Terdapat 8% dari jumlah penerimaan manfaat di luar itu adalah masyarakat, seperti pengelola masjid, lembaga keagamaan, dan ormas keagamaan.

Sementara itu, Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN (P3K Bangkom) LAN, Erna Irawati, turut berbicara tentang kebijakan dan klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang cepat berubah. Irawati juga membahas peran Undang-undang Nomor 20 Tahun 2023 yang menetapkan digitalisasi sebagai roh sektor publik.

Menurut Erna, ada tiga hal yang akan menjadi pemantik yang perlu diskusikan lebih jauh, yang pertama mengenai kebijakan yang mengatur tentang kompetensi digital bagi ASN. Kedua, klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang sangat dibutuhkan yang sangat cepat perubahannya saat ini. Ketiga, yang sudah dilakukan Lembaga Administrasi Negara (LAN) untuk melakukan penguatan kompetensi digital.

“Momentum digitalisasi itu menemukan puncaknya ketika kita memasuki pandemi tahun 2020, kalau di sektor publik sudah banyak, tetapi kelihatannya jalan digitalisasi itu lambat. Ternyata, perubahannya lebih cepat dari yang kita lakukan ketika 2000-2020,” katanya.

Kompetensi digital, kata Erna, tidak hanya problem teknis LMS solusinya, tapi yang menjadi salah satu kompetensi digital yang menjadi tantangan bagi kita adalah dari sisi soft skill. Sering sekali masih menjadi kendala tersendiri bagi kita kita berbicara mengenai sehari-hari kita mindsetnya adalah digital.

“Berbicara penguatan kompetensi Digital, dari sisi pelatihan untuk menjembatani lingkungan organisasi yang mendorong mengadopsi digitalisasi di tempat kerja. mengenalkan digital mindset untuk membawa organisasi kepada digitalisasi dan kesadaran semua pegawai,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version