Di Depan Sineas dan Pelaku Industri Kreatif, Anies Pamer Rekam Jejak Majukan Perfilman Indonesia

Di Depan Sineas dan Pelaku Industri Kreatif, Anies Pamer Rekam Jejak Majukan Perfilman Indonesia - anies 17 - www.indopos.co.id

Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menghadiri diskusi bersama sineas, insan perfilman hingga pelaku industri kreatif Indonesia dalam kegiatan bertajuk: "Quo Vadis Perfilman Indonesia" di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Sabtu (20/1/2024). (Dok Kedeputian Media TimNas AMIN)

INDOPOS.CO.ID – Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menghadiri diskusi bersama sineas, insan perfilman hingga pelaku industri kreatif Indonesia dalam kegiatan bertajuk: “Quo Vadis Perfilman Indonesia” di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Sabtu (20/1/2024). Anies pun mengungkapkan rekam jejaknya dalam memajukan industri perfilman di Tanah Air dalam momen tersebut.

“Kalimat ini sesungguhnya muncul pertama kali ketika saya bertugas di Kemdikbud. Tetapi mulainya pada waktu itu dalam urusan kebudayaan dan perfilman. Kita ingin industri film kita itu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu memesona di negeri orang,” ujar Anies.

Menurut Anies, kalimat ini munculnya sesungguhnya pada saat kita berbicara perfilman.

“Untuk ini bisa dikerjakan, menurut hemat kami, pemerintah harus menakar diri. Memiliki kewenangan, bukan berarti memiliki pengetahuan,” kata dia.

Anies mengungkapkan sejumlah hal yang telah dilakukan ketika mengemban amanah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun Gubernur DKI Jakarta untuk memajukan dunia sinema nasional.

“Ketika di DKI kita dengan menggunakan PD Pasar Jaya memanfaatkan ruang-ruang di pasar untuk menjadi layar bagi pemutaran film-film kita. Waktu itu kita juga melakukan kelas inspirasi sinema di mana duta-duta film itu datang ke sekolah-sekolah dan berbagi pengalamannya,” terang dia.

Anies mengungkapkan bahwa dirinya membentuk pusat atau badan film di Kemdikbud ketika itu. “Ini badan yang sengaja dibuat, karena waktu itu saya melihat tidak ada kantor negara yang akan melakukannya. Saya membangun badan ini untuk menjadi channel-nya negara dengan industri perfilman,” kata Anies.

Menurut dia, peran negara harus ditingkatkan dalam membangun budaya sinema di Indonesia.

“Harus ada komitmen fiskal yang cukup dari negara untuk investasi besar-besaran film nasional. Ketika kami bertugas kami ingin teman-teman merumuskan apa yang dikerjakan sekarang yang harus diteruskan, apa yang ada sekarang harus dikoreksi, dan apa yang harus dihentikan,” ucapnya.

Menurut Anies, tugas negara menyiapkan ekosistem yang sehat agar industri film bisa bertumbuh. Bibit yang bagus, kata dia, perlu tanah yang baik untuk bisa tumbuh dengan subur.

Ketika menjawab pertanyaan wartawan seusai acara, Anies pun mengungkapkan pandangannya bahwa pendanaan di perfilman nasional harus bersifat investasi.

“Dalam diskusi ini bagaimana menumbuhkan ekosistem perfilman yang sehat, sehingga semua unsur dalam dunia perfilman bisa tumbuh dengan baik. Dari mulai aspek pendidikannya, produksinya, aspek distribusi, penghargaan itu bisa tumbuh dengan baik,” ujar dia.

Anies melihat industri film di Tanah Air potensinya amat besar. Kompetensinya, kata dia, tidak kalah dengan pelaku industri film di negara-negara yang dianggap maju dalam perfilman. Tetapi banyak aspek regulasi yang belum memungkinkan mereka tumbuh dengan baik.

“Komitmen kami membangun ekosistem film Indonesia yang sehat, tujuannya membuat film Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu mempesona di negeri orang. Kesempatan itu ada,” ucap Anies.

“Negara harus memandang pendanaan di bidang perfilman, di bidang kebudayaan, seperti juga bidang pendidikan dan kesehatan, itu adalah pendanaan yang sifatnya investasi. Karena sifatnya investasi, maka dia akan memberikan return (imbal hasil investasi, red). Return-nya memang tidak langsung, tidak segera, akan memberikan return yang besar dalam waktu yang agak panjang,” tegas Anies.

Dengan cara pandang seperti itu, kata dia, maka negara bisa mengalokasikan anggaran yang cukup, supaya ekosistemnya menjadi sehat.

“Dengan ekosistem yang sehat, karya-karya yang baik akan muncul, kesejahteraan pelaku perfilman akan meningkat. Akhirnya, negara dan bangsa akan merasakan kemajuan yang didorong lewat industri perfilman,” pungkasnya. (dil)

Exit mobile version