Bangga Isu Stunting Marak Dibicarakan, Inilah Capaian Kinerja BKKBN Tahun 2023

Bangga Isu Stunting Marak Dibicarakan, Inilah Capaian Kinerja BKKBN Tahun 2023 - bkkbn 3 - www.indopos.co.id

Kepala BKKBN, Dr. (H.C.), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K). Foto: Dok. BKKBN

INDOPOS.CO.ID – Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengaku senang dan bangga, pembahasan penurunan dan penanganan masalah stunting makin marak dibahas ditengah masyarakat.

Tidak itu saja, kebanggaan semakin bertambah tatkala dalam debat capres kata-kata stunting menjadi makin familiar.

Meski tema stunting hanya satu bagian dari segudang hal yang ditangani BKKBN akan tetapi capaian secara umum program dan capaian kerja bisa disimak dalam wawancara khusus Reporter Indopos, Nelly Marinda Situmorang, bersama Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo sebagai berikut.

Bagaimana capain kinerja BKKBN tahun 2023?

Secara menyeluruh program kinerja di BKKBN berjalan baik, dan mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Tentunya semua program kerja bisa ditampilkan dengan indikator-indikator seperti total fertilitas rate (TFR) yang saat ini sudah mencapai 2.18, targetnya adalah 2.1 di tahun 2024.

Begitu juga dengan penurunan angka stunting, pada 2018 angka stunting berada pada 30,8 persen. Lalu tahun 2021 ke 2022, angka stunting turun 21,6 persen, penurunan ini cukup signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk hasil berikutkan masih menunggu hasil *SSGI* dari Menteri Kesehatan terkait stunting, sehingga angka terakhir yang bisa dirilis adalah angka tahun 2022 yang turun 2,8 persen dari tahun sebelumnya.

Persoalan stunting memang menjadi prioritas lewat Perpres 72 tahun 2021, dimana BKKBN sebagai Ketua Pelaksana, yang membidik turun hingga 14 persen 2024. Karena kalau tidak serius penanganannya, maka akan mengancam generasi bangsa.

Dimana persoalan stunting tidak hanya berdampak pada aspek fisik, tetapi juga aspek motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, juga kecerdasan.

Makanya, perlu kami tekankan stunting itu pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Bukan hanya tinggi badan yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan anak. Anak dengan berat badan berlebih tetap mempunyai risiko stunting.

Hati-hati melihat anak yang gendut seolah-olah sehat, namun dia tidak tinggi. Sehingga dia diam-diam anak stunting

Sementara untuk prevalensi kontrasepsi modern meningkat menjadi 61% dari 59% pada masa pandemi. Angka *Unmetneed* (kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi) turun dari 18% menjadi 11% pada tahun 2023. Indeks pembangunan keluarga mencapai angka di atas 60, menunjukkan kualitas keluarga yang baik.

Grafis angka stunting yang setiap tahun mengalami penurunan. Foto: BKKBN for indopos.co.id

Apa kendala dan tantangan ditemukan di tahun 2023, lalu apa upayanya?

Tentu dalam setiap aspek kehidupan dan program kerja kita menemukan banyak tantangan dilapangan, tetapi yang paling mendasar adalah Mindset (pola pikir) keluarga terhadap lingkungan dan sanitasi merupakan tantangan dalam penanganan stunting dan masalah makanan.

Khususnya pola pikir ibu rumah tangga dalam menangani kesehatan keluarga, untuk pola makan murah asal kenyang dan ini pasti sulit untuk pemenuhan gizi. Misalnya camilan yang selama ini yang paling diminati itu adalah cilok, yang isinya hanya kanji dan penyedap rasa. Kalau cilok itu diberikan unsur ikannya agar ada proteinnya, tentu akan memberikan camilan yang bisa menambah protein.

Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat dan terbukti kandungannya. Misal seperti burger bisa kita buktikan kandungannya, ada sayur, ada daging dan ada karbohidratnya. Hal-hal seperti ini yang belum bisa dilakukan dan seperti masih sepele bagi masyarakat kebanyakan untuk mengetahui unsur kandungan yang dikonsumsi.

Tentunya BKKBN melakukan langkah untuk mengubah mindset melalui informasi dan edukasi yang masif. BKKBN dengan berbagai pendekatan penyuluh yang tersebar yang menyatu dengan masyarakat. Lewat aksi-aksi nyata yang dilakukan kader-kader dan mitra-mitra kerja BKKBN.

Kembali lagi masalah stunting, bagaimana strategi PPS yang disiapkan untuk memastikan menuju 14% persen 2024?

Lewat Perpres 72 Tahun 2021, aksi nyata dan menjadi komitmen bersama penting dibangun untuk menerapkan gerakan pencegahan stunting pada anak di bawah 3 tahun. Ada empat pilar solusi untuk menjawab tantangan pencegahan stunting adalah membangun visi bersama, konvergensi, kemudahan akses terhadap makanan, dan pendataan rutin.

Grafis angka stunting yang setiap tahun mengalami penurunan. Foto: BKKBN for indopos.co.id

Peran kepala daerah dalam menurunkan angka stunting menjadi indikator keberhasilan, namun perlu ditingkatkan pemahaman bersama dalam pencegahan stunting.

Cara melakukan treatment dengan anggaran adalah dengan perencanaan, evaluasi di DPRD, dan peran swasta dibutuhkan dalam pencegahan stunting. Pemahaman tentang stunting masih perlu dibangun, terutama dalam hal pencegahan dan screening sebelum menikah. Ada 20 indikator yang dipakai untuk mengawal dan mengevaluasi percepatan penurunan stunting dalam strategi PPAS.

Perlu dilakukan perbaikan pada kualitas hidup, karena penanganan stunting ini yang kita bangun baru badannya. Sementara kita harus membangun badab dan jiwa, termasuk mencegah gangguan mental. Fenomena anak zaman now makin banyak yang suka senyum-senyum sendiri. Tren kondisi jiwa remaja cenderung mengalami gangguan mental ringan yang meningkat, sehingga perlu perhatian bersama.

Bagaimana perasaan Pak Kepala BKKBN isu stunting dibahas dalam Debat Capres?

Saya bangga dan senang, karena dengan kepedulian bersama angka stunting terus menunjukkan penurunan. Capaian ini menandai hasil dari upaya pemerintah dalam mencegah dan menurunkan stunting demi mewujudkan generasi emas 2045.

Grafis angka stunting yang setiap tahun mengalami penurunan. Foto: BKKBN for indopos.co.id

Meski PR (pekerjaan rumah) kita masih banyak antara lain, menghapus kemiskinan ekstrem, stunting turun, kematian ibu dan kematian bayi turun. Semua itu adalah basic dari pembangunan manusia pada umumnya.

Stunting merupakan gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Terutama di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) atau hingga umur dua tahun. (*/ney)

Exit mobile version