Perundungan Siswa Makan Korban, Komisi X DPR Dorong Perkuat Pendidikan Karakter

Perundungan Siswa Makan Korban, Komisi X DPR Dorong Perkuat Pendidikan Karakter - desi - www.indopos.co.id

Kolase Anggota Komisi X DPR, Desy Ratnasari dan Ledia Hanifa. Foto: Dok Humas DPR

INDOPOS.CO.ID – Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan mendorong adanya sinergi antara guru dan orang tua dalam memberikan pendidikan karakter kepada siswa, hal itu menyoroti maraknya kasus perundungan, baik di sekolah swasta maupun perundungan yang terjadi di pondok pesantren hingga memakan korban, yang baru ini terjadi di Binus School Serpong dan Ponpes di Kediri, Jawa Timur.

“Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua dan guru diperlukan guna menciptakan ekosistem pendidikan yang menunjang pembentukan karakter dan moral pada anak. Kita harus mengatakan bahwa ada yang hilang dari proses pendidikan karakter. Kalau kami sampaikan di Komisi X ya dalam rapat dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan-Ristek itu, mereka punya pusat penguatan karakter tapi pendekatannya adalah sosial media,“ ujar anggota Komisi X Ledia Hanifa dalam keterangannya sebagaimana yang dikutip pada Kamis (29/2/2024).

“Harusnya semua membangun satu ekosistem pendidikan yang baik. Nah pendidikan karakter itu memang harus setiap hari,” sambungnya.

Meski demikian, ia melanjutkan bahwa yang namanya karakter itu harus dibangun dan dilatih setiap hari. Terlebih, menurutnya, dalam konsep Trigatra Pendidikan itu terdapat keterlibatan sekolah, orang tua, dan lingkungan siswa itu sendiri.

“Harusnya semua membangun satu ekosistem pendidikan yang baik. Nah pendidikan karakter itu memang harus setiap hari,” ungkap Politisi Fraksi PKS itu.

Lebih dari itu, menurutnya Kemendikbud-Ristek perlu turut berkontribusi dalam penguatan pendidikan karakter anak melalui bimbingan konseling yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar.

Adapun berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia kasus perundungan mengalami kenaikan dan mencapai 226 kasus pada Tahun 2022.

“Semoga penguatan pendidikan karakter pada anak dapat menekan kasus perundungan di Indonesia,” harapnya menambahkan.

Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari turut menyampaikan keprihatinan atas maraknya kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah.

Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari peran pola asuh orang tua. Ia menilai komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua serta komunikasi berkesinambungan antara wali murid dan pihak sekolah menjadi salah satu kunci dalam persoalan tersebut.

“Jadi kita tidak serta merta menyalahkan anak, tapi kita juga wajib introspeksi diri sebagai orang tua, sudah seberapa kenal kita dengan pribadi anak kita, kesulitan yang dihadapi anak kita. Karena kan ada beberapa anak yang kesulitan untuk menyampaikan kendala-kendala yang dihadapinya,” ucapnya.

“Insyaallah (jika optimal pola asuh orang tua maka) di sekolah akan baik-baik saja. Itu kalau kita tidak mau menyalahkan orang lain,” sambungnya.

Politisi Fraksi PAN itu menyampaikan bahwa orang tua merupakan institusi utama dalam menerapkan kedisiplinan dan moralitas kepada anak.

“Bagaimana menerapkan disiplin di rumah, bagaimana agar anak tahu batasan, dia tahu menghargai orang, bagaimana agar dia tahu menghadapi diri sendiri, Insyaallah (jika optimal pola asuh orang tua maka) di sekolah akan baik-baik saja. Itu kalau kita tidak mau menyalahkan orang lain,” jelasnya.

Tak hanya itu, Desy menjelaskan, dalam mencegah anak menjadi pelaku perundungan, selain pendidikan moral dan kedisiplinan, diperlukan juga pendidikan agama. Iya meyakini dengan penanaman paham keagamaan yang baik, anak akan memiliki akhlak yang baik dan lebih mengutamakan unsur kebaikan dalam menyelesaikan masalahnya serta menghindari hal-hal emosional yang mengundang pertikaian.

Karenanya, ia berharap agar setiap orang tua mengambil andil dan merasa bertanggungjawab dalam mengentaskan perilaku bullying anak. “Paling utama adalah introspeksi diri, sehingga kita tahu apa yang menjadi tugas kita, apa yang menjadi kewajiban kita, jika kita terbiasa berempati. insyaallah aman-aman saja,” tutupnya. (dil)

Exit mobile version