INDOPOS.CO.ID – Tenaga kesehatan (Nakes) di era digital memiliki tanggung jawab besar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan pemanfaatan teknologi digital. Dengan demikian, masyarakat terbantu dengan sumber daya tenaga kesehatan yang berkualitas.
“Tenaga kesehatan bisa memanfaatkan teknologi secara efektif untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan (Yankes),” ujar Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pemerintahan, Diah Aliefya di Jakarta, Minggu (24/3/2024).
Hal itu, menurut dia, bisa meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat, dan mempercepat kemajuan dalam bidang medis. Apalagi Indonesia memiliki tantangan geografis dan infrastruktur tertentu yang menjadi hambatan dalam bidang kesehatan.
“Literasi digital menjadi kunci penting untuk memastikan Yankes merata dan berkualitas bagi masyarakat,” katanya.
Diah berharap, peningkatan pemahaman tentang literasi digital bisa mendukung transformasi digital sektor kesehatan di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya dorongan dukungan dari berbagai pihak di bidang kesehatan.
“Kami menyadari bahwa peran Kemenkominfo dalam mendorong literasi digital tidaklah cukup tanpa dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga profesi, seperti Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI), Amirudin Supartono mengatakan, keterampilan literasi digital yang dikuasai oleh tenaga medis menjadi kunci dalam memberikan perawatan berkualitas dan aman.
“Literasi digital tidak hanya mengacu pada kemampuan teknis seperti memahami, mengakses,mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan digital, tetapi juga pada kemampuan kritis untuk memilah-milah informasi yang benar dan terpercaya dari berbagai sumber yang tersedia secara online,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Konsultan Gizi terkait Makanan, Gizi dan Kesehatan, Muhammad Nur Hasan Syah menjelaskan, profesi gizi perlu meningkatkan kesadaran digital untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan digital. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat.
“Hal yang tidak kalah penting adalah seorang profesi gizi itu harus memiliki kemampuan digital salah satunya dari segi keterampilan komunikasi,” katanya.
“Berkomunikasi secara efektif dengan pasien akan meningkatkan tingkat retensi atau ketergantungan, sehingga bisa membina hubungan dan mempertahankan hubungan yang bermakna,” imbuhnya.
Menurut Hasan, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan seorang profesional di bidang gizi khususnya di tenaga gizi dalam menjalankan praktik keprofesiannya. Di antaranya melakukan segala sesuatu harus berbasis sains yang memiliki bukti ilmiah.
“Karena bukti ilmiah menjadi hal penting penting dalam mengurangi hoaks tentang isu kesehatan dan gizi,” ujarnya. (nas)