MUI Ungkap Keistimewaan Momen Lebaran Idulfitri yang Lahirkan Nilai Kemanusiaan

buya

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Buya Amirsyah Tambunan saat menjadi khotib salat Idulfitri di Perguruan Muhammadiyah Kebayoran Baru, Jakarta. (Dok Pribadi)

INDOPOS.CO.ID – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Buya Amirsyah Tambunan menyatakan, setiap momen Idulfitri terdapat keistimewaan untuk meningkatkan hubungan sesama manusia, pertalian kerabat dan interaksi sosial bermasyarakat.

Dalam ajaran Islam telah diatur, bahwa menjalin hubungan baik ‘Hablum minan-naas’ secara seimbang dengan hubungan kepada Allah (Hablum minallah).

Mengingat sesama manusia tak luput dari salah (khilaf), baik kesalahan disengaja maupun tidak disengaja. Baik kepada keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat.

“Idulfitri berarti kembali kepada fitrah kesucian. Marilah kita perbaiki dengan bermaaf-maafan,” kata Amirsyah melalui gawai, Jakarta, Kamis (11/4/2024).

Setiap manusia bertekad untuk mempertahakan fitrah kemanusiaan dengan memperbaiki hubungan sesama manusia dan dengan Allah Yang Maha Pencipta.

“Pada prinsipnya dengan merayakan Idulfitri, kita bersama-sama diajarkan untuk kembali kepada jati diri manusia,” ucap Amirsyah.

“Kita ini makhluk yang sangat lemah, sehingga kita membutuhkan Allah Swt untuk bersandar di mana saja dan kapan saja,” tambahnya.

Sebagai makhluk sosial, seseorang sangat butuh kerjasama dan bantuan sesama manusia, khususnya orang-orang terdekat.

Maka itu, keistimewaan Idulfitri melahirkan nilai kemanusiaan. Pertama, dimensi teosentris atau ketuhanan yang mengajarkan kepada umat manusia wajib hidup damai.

Kedua, dimensi antroposentris atau kemanusiaan (insaniah) agar manusia hidup berdasarkan wujud teosentris dan antroposentris. “Memiliki nilai-nilai asasi yang bersifat ke Tuhanan dan kemanusiaan,” terangnya.

“Ketiga, dimensi alam (kauniyyah) bahwa alam diciptakan oleh Allah agar dikelola manusia dengan baik,” tambahnya. (dan)

Exit mobile version