MUI Sebut Idulfitri Jadi Momentum Rekonsiliasi Nasional

MUI Sebut Idulfitri Jadi Momentum Rekonsiliasi Nasional - salat idul fitri ip - www.indopos.co.id

Ilustrasi - Jemaah memadati Masjid Istiqlal pada momen salat Idulfitri 2023. (Dok. Humas Kementerian Agama)

INDOPOS.CO.ID – Alhamdulillah perayaan Idul Fitri berjalan dengan khusu’, khidmat dan meriah. Umat Islam memanfaatkan momen idul fitri untuk bersilaturahmi dengan kerabat, famili dan handaitaulan untuk saling bermaafan.

Pernyataan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa’adi dalam keterangan, Selasa (16/4/2024).

Hal tersebut, menurutnya, merupakan tradisi lebaran yang sangat mulia dan perlu dipertahankan, karena bisa merekatkan tali persaudaraan.

Ia mengatakan, MUI menghormati dan mendukung penuh setiap usaha untuk menjadikan momen Idul Fitri sebagai wasilah rekonsiliasi nasional. Baik antarelemen masyarakat maupun antarelit politik tingkat nasional, pasca pelaksanaan Pemilu.

“Hendaknya momen Idul Fitri bisa meleburkan seluruh perbedaan aspirasi politik selama Pemilu, baik pada tataran masyarakat maupun elitnya. Saatnya kita kembali bersatu untuk membangun Indonesia yang lebih maju,” katanya.

Ia mengapresiasi langkah Prabowo Subianto yang terus melakukan komunikasi politik dengan berbagai pihak, utamanya dengan para pimpinan partai politik yang notabene berbeda koalisi dalam Pemilu 2024. Ini artinya Prabowo mengembangkan semangat kebersamaan dalam membangun Indonesia ke depan.

“Beliau mengikuti jejak Pak Jokowi yang merangkul Pak Prabowo, padahal Pak Prabowo saat itu menjadi lawan politik Pak Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019,” ungkapnya.

Ia menuturkan, semangat kebersamaan dan gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan baik sebagai warisan luhur bangsa. Khusus dalam kehidupan demokrasi, menurut dia, semangat gotong royong sejalan dengan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yakni Pancasila.

“Hendaknya setiap elit politik menunjukkan sikap negarawan. Lebih mengedepankan kepentingan nasional dari pada kepentingan kelompok dan golongan. Perbedaan dalam pilihan politik merupakan sebuah keniscayaan di alam demokrasi. Namun tidak boleh mengoyak persatuan dan persaudaraan,” terangnya.

Ia menilai rakyat Indonesia saat ini semakin matang dan dewasa dalam berdemokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan terselenggaranya Pemilu 2024 dengan lancar, damai dan aman. Tidak menimbulkan konflik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Kalau ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), saya kira hal itu sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan merupakan bagian dari proses demokrasi yang harus kita hormati dan junjung tinggi. Apa pun hasil keputusan MK nanti, semua pihak harus menerima dengan legowo dan lapang dada,” katanya.

“Saya berharap dengan selesainya seluruh proses Pemilu 2024, seluruh masyarakat kembali bersatu, tidak boleh terkotak-kotak, membuat kelompok atau kubu-kubuan. Semua harus kembali rukun dan bergotong royong membangun bangsa,” imbuhnya.

Ia mengimbau kepada para pimpinan parpol, tokoh masyarakat dan agama untuk terus memberikan edukasi dan keteladanan yang baik kepada masyarakat untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan persaudaraan. Agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang rukun, bersatu, adil, makmur dan berkemajuan. (nas)

Exit mobile version