INDOPOS.CO.ID – Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan, tagline BPIP “Pancasila dalam Tindakan” harus benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila, menurutnya, harus menjadi living dan working ideology bagi masyarakat Indonesia.
“Living ideology artinya Pancasila terwujud dalam nilai-nilai, seperti persatuan, gotong royong, dan working ideology itu berarti semua masyarakat Indonesia harus bekerja untuk mewujudkan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh masyarakat,” ujar Antonius Benny Susetyo dalam keterangan, Rabu (8/5/2024).
Benny menambahkan, seharusnya masyarakat Indonesia tidak terbuai dan terlena dengan tren yang ‘kosong’. “Tren dengan kata-kata yang vulgar, konten kekerasan, olok-olok, harusnya kita matikan. Konten yang bernilai harmoni, persatuan, dan mencerminkan nilai musyawarah mufakat, itulah yang harusnya ditampilkan dan digaungkan terus,” katanya.
“Etika Pancasila harus benar-benar menjadi inti dan isi dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah cerminan Pancasila dalam Tindakan,” imbuhnya.
Untuk anak muda, lanjut dia, itu bisa di-influence dari konten-konten media yang diproduksi. Kalian, para content creator, menurut dia, harus menciptakan konten-konten yang memunculkan nilai Pancasila.
“Semua harus memiliki tiga hal, pengetahuan. Itu semua bisa didapatkan dari membaca banyak pengetahuan dan literatur,” ungkapnya.
“Lalu, etos kerja, disiplin, tidak mudah menyerah, dan kreatif, dan perasaan, yaitu harus memiliki passion dan tenggang rasa serta rasa empati. Jangan praktik KKN, nepotisme, jalan pintas, pakai fasilitas, ordal, itu dilestarikan,” imbuhnya.
Menurut dia, anak muda harus punya perasaan juara. Berani bertanding, berani berproses. Dan mau belajar, naikkan kemauan untuk literasi, membaca dan mendapatkan pengetahuan. “Dengan begitu, konten menjadi berisi. Konten Pancasila bisa menjadi berisi dan memberikan edukasi,” ucapnya.
Dia menegaskan, content creator jangan menjadi ‘pensil patah’, tetapi menjadi ‘majalah Bobo’. “Maksudnya? Pensil patah itu pecundang. Mudah patah. Mudah cepat kalah. Terlalu banyak pertimbangan tanpa berani bertindak. Jangan seperti itu,” ujarnya.
“Jadilah ‘majalah Bobo’. Banyak ilustrasi, ringan, lucu, tetapi mendidik. Maka kemaslah konten kalian dengan bahasa ringan tapi berbobot. Nilai Pancasila masuk ke dalam bobot itu,” imbuhnya. (nas)