Festival Lapik Semendo Sarat Pesan Moral dan Pelajaran Hidup

Festival-Lapik-Semendo-2022

Semarak pagelaran budaya, Festival Lapik Semendo 2022 di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Foto: Dok Kemendikbud Ristek

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KemendikbudRistek) menggelar Festival Lapik Semendo di Kabupaten Sarolangun, Jambi sejak 1-3 September. Itu menjadi bagian dari Kenduri Swarnabhumi 2022.

Lapik Semendo merupakan rangkaian adat istiadat dilakukan proses penjemputan, setelah pernikahan pihak keluarga perempuan ke laki-laki dengan membawa sebuah lapik atau tikar.

Pihak keluarga laki-laki beberapa pekan memberikan balasan kepada perempuan sebuah tikar serta peralatan rumah tangga. Kegiatan itu sarat pembelajaran moral dan kehidupan pasca-pernikahan dari orang tua ke anaknya.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Sjamsul Hadi menyatakan, kecintaan terhadap budaya leluhur berusaha melestarikan, serta memajukannya menunjukkan sikap peduli pada masa depan bangsa.

“Momentum Festival Lapik Semendo 2022 ini diharapkan mampu mengaktifkan kembali, menjaga, dan meneruskan berbagai tradisi adat lokal yang hidup sejak dulu memperkuat keberadaan daerah dan bangsa Indonesia,” kata Sjamsul dalam keterangannya, Jakarta, Senin (5/9/2022).

Mengembangkan potensi budaya daerah dinilainya, merupakan wadah pendidikan dengan belajarnya generasi muda kepada sesepuh adat mengenai keberagaman kearifan lokalnya.

Bupati Sarolangun Henrizal mengatakan, masyarakat di daerahnya masih terasa kokoh melestarikan peninggalan tradisi dalam kehidupan. Bahkan setiap desa di Sarolangun dapat disebut memiliki ciri tradisi adatnya.

Ia mengungkapkan, Lapik Semendo merupakan salah satu adat istiadat mengenai upacara pernikahan di Sarolangun populer. Tak hanya menampilkan prosesi adat saja, tapi juga mencakup pesan moral.

“Budaya Lapik Semendo merupakan pusaka dari nenek moyang di Sarolangun sudah dilakukan turun temurun. Khazanah budaya ini wajib harus dilestarikan, agar menjadi kebanggaan bagi generasi masa depan tentang adat daerahnya,” ujar Henrizal.(dan)

Exit mobile version