Beragama di Badui Itu Pilihan Pribadi Tidak Boleh Diintervensi

Olot-Sarip

Olot Sarip, Tokoh Adat Badui. Foto: Screenshot Youtube Ayi Astaman.

INDOPOS.CO.ID – Masyarakat adat Badui sangat menghargai orang yang berkeyakinan atau beragama lain. Bahkan di internal masyarakat Badui sendiri tidak ada paksaan untuk memeluk agama Sunda Wiwitan yang dianut oleh seluruh masyarakat adat Badui.

“Kami tidak bisa melarang orang Badui untuk pindah agama. Karena agama adalah pilihan dan kebebasan pribadi setiap orang. Kami sangat menghargai itu. Karena itu, kalau ada orang Badui yang pindah ke agama lain, kami tidak pernah mempersoalkan. Konsekuensinya, ketika ada orang Badui pindah ke agama lain, mereka tentu keluar dari masyarakat adat Badui dan bergabung dengan masyarakat lainnya di luar Badui,” ujar Tetua adat Badui Luar Olot Sarip ketika dihubungi INDOPOS.CO.ID, Senin (12/12/2022).

Olot Sarip mengatakan, hubungan kekeluargaan antara masyarakat adat Badui dengan warga eks Badui yang telah pindah agama, hingga saat ini masih terjaga dengan baik. Sebagai keluarga yang memiliki hubungan darah, kata Olot Sarip, tidak mungkin terputus dan diputuskan begitu saja.

“Saya sendiri memiliki mamang (om) dan kakek buyut, sudah lama pindah ke agama islam. Namun, hubungan kami hingga saat ini tetap dekat dan harmonis. Orang lain atau tamu yang datang ke Badui saja kami rawat, apalagi keluarga sendiri,” kata Olot Sarip.

Olot Sarip mengungkapkan, dalam prinsip hidup yang bersumber dari pikukuh (aturan) adat Badui, semua orang dianggap sama dan tidak pernah membeda-bedakan orang dari latar belakang agama, suku, dan lain-lain.

“Semua orang yang datang ke Badui, kami perlakukan sama, tidak pernah kami beda-bedakan. Kami sangat menghargai tamu atau pengunjung yang datang ke Badui. Hal yang sama kami lakukan terhadap sesama masyarakat adat Badui. Kami tidak pernah melarang untuk pindah agama atau keyakinan. Kami sangat menghargai kebebasan dan pilihan pribadi,” katanya.

Olot Sarip menceritakan, ada begitu banyak warga adat Badui yang telah pindah ke agama islam. Ada sebagian kecil yang pindah ke agama kristen.

“Paling banyak pindah ke agama islam (mualaf). Bagi kami masyarakat adat Badui, itu adalah pilihan pribadi yang harus dihargai dan dihormati. Kami tidak pernah mempersoalkan itu. Kami hidup baik-baik saja dan harmonis saja,” katanya.

Bahkan, lanjutnya, ada orang yang datang ke Badui dengan misi membawa pengaruh agama tertentu. Masyarakat Badui, kata Olot Sarip, tidak pernah mempersoalkannya.

“Ibarat orang berdagang, menawarkan dagangannya ke pembeli. Kalau ada yang tertarik, akan beli. Tetapi kalau tidak tertarik, pasti tidak dibeli. Masyarakat Badui tidak pernah merasa terancam dengan hal-hal seperti itu,” ujarnya.

Prinsip hidup masyarakat adat Badui, kata Olot Sarip, adalah saling menghargai dan saling menghormati. Kalau berbicara soal toleransi, lanjut Olot Sarip, masyarakat adat Badui sangat menjaga nilai-nilai toleransi tidak hanya terhadap sesama manusia, apa pun agama dan sukunya, tetapi juga terhadap keseimbangan alam.(dam)

Exit mobile version