Suku Badui Percaya ke Nabi Adam dan Gusti Allah, Tapi Hormati Semua Agama

Jaro-Saija

Jaro Saija, Kepala Desa urusan pemerintahan dengan pihak luar yang ditunjuk oleh Pu’un. Foto: Istimewa

INDOPOS.CO.ID – Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, masyarakat suku Badui, yaitu suku yang mengasingkan diri ke kaki Gunung Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai mengenal telepon pintar Android dan i-Phone bagi masyarakat Badui Luar.

Bahkan,mereka kini sudah banyak yang mengenal media sosial seperti Facebook, Instagram dan Tiktok untuk saling berkomuniaksi dengan komunitas dan masyarakat luar.

Meski demikian, mereka tetap memegang teguh adat, tradisi dan budaya nenek moyang, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur dan percaya kepada nabi Adam, yaitu nabi pertama yang dipercaya oleh umat Islam.

“Masyarakat kami mimiliki kepercayaan Sunda Wiwitan menganut kepada Nabi Adam sebagai Nabi tertua dan hanya percaya kepada Gusti Allah,” ungkap Jaro Saija, Kepala Desa urusan pemerintahan dengan pihak luar yang ditunjuk oleh Pu’un kepada INDOPOSCO.ID, Selasa (13/12/2022).

Jaro Saija yang sudah 10 tahun menjadi Kepala Desa Kenekes, perwakilan dari Puun (tokoh adat) untuk urusan pemerintahan ini menjelaskan, kendati masih memegang teguh adat, tradisi dan budaya serta hanya percaya kepada Nabi Adam, namun ada warga suku Badui yang pindah keyakinan ke agama lain. Namun mereka tidak pernah ada persolan tentang agama dan tetap mengaku bersaudara.

“Meski ada yang keluar dari agama Sunda Wiwitan dan harus keluar dari pemukiman Badui, namun tidak pernah ada perselisihan diantara kami tentang agama yang dianut, apalagi sampai bermusuhan dan memutus hubungan silaturahmi,” tegasnya.

Salah satu bentuk toleransi dari masyarakat Badui adalah, meski mengakui bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun warga suku Badui Dalam yang bermukim di 3 Kampung, yakni di Kampung Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik, tidak ikut dalam pemilihan umum (pemilu), baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden.

Alasan bagi warga suku Badui Dalam tidak ikut dalam Pemilu, karena terbentur aturan adat dimana warga Badui Dalam tidak boleh berpihak dalam hal apapun termasuk dalam Pemilu, karena warga Baduy diharuskan mendukung seluruh bangsa dan seluruh agama.

“Menurut aturan adat memang di Badui Dalam ada larangan adat untuk ikut memihak. Intinya tidak mau berpihak, istilahnya Lunang (ngilu kanu menang) atau ikut kepada yang menang,” tuturnya.(yas)

Exit mobile version