Kembangkan Kemampuan Anak Gangguan Dengar Tidak dengan Mainan Lengkap

parents power

Kasoem Hearing Center dan Sound of Me Semarang Community (SOFT) bekerja sama menggelar acara parents power di aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, Jawa Tengah akhir Mei 2022 lalu. Foto: Kasoem Hearing Center untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Kasoem Hearing Center dan Sound of Me Semarang Community (SOFT) bekerja sama menggelar acara parents power di aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, Jawa Tengah akhir Mei 2022 lalu.

Therapist Auditory-Verbal Therapy (AVT) Kasoem Hearing Center, Eriska Dwi Tyas Cyprina mengatakan, tujuan acara ini untuk memberikan edukasi kepada orang tua, untuk bagaimana cara mengembangkan kemampuan mendengar dan berbicara anak gangguan dengar, meski tidak dengan mainan yang lengkap.

“Sehingga, ketika sudah masuk usia sekolah, anak bisa berkomunikasi dengan guru, teman-teman sebaya maupun orang lain di luar sekolahnya,” ujar Eris melalui keterangan tertulis, Sabtu (18/6/2022).

Cara mengembangkan kemampuan mendengar dan berbicara anak gangguan dengar tidak dengan mainan lengkap, tapi lebih ke berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Misalnya, makan bersama orang tua, memakaikan baju, membuat makanan atau minuman kesukaan, mencuci kendaraan dan lain-lain.

Salah satu orang tua yang berhasil mengembangkannya dengan metode auditory verbal therapy (AVT) adalah Syarifuddin. Meski putranya, Alkhalifi Razka terdiagnosis gangguan dengar 100 desibel (dB) dan 110dB, kini bisa memiliki pendengaran hampir sama dengan yang lain.

“Alkha mampu memahami lebih dari 1.000 kosakata. Mulai menggunakan tiga kata dalam satu kalimat. Termasuk mampu mendengar seluruh spektrum wicara dengan baik,” ucapnya.

Dengan kemampuan itu, Alkha masuk sekolah dasar (SD) pada usia tujuh tahun. Bahkan, ia bisa menceritakan pelajaran apa yang paling disukainya di sekolah.

Perjalanan keberhasilan mendengar Alkha, menurutnya tidak pendek. Sebelum akhirnya memiliki pendengaran yang setara dengan teman sebayanya, ia pernah mengalami kesulitan.

Hal tersebut terjadi ketika Alkha menggunakan alat bantu dengar seusai diagnosis. Selama 1,5 tahun menggunakan ABD dan menjalani AVT, Alkha mengalami penurunan percepatan perolehan dan pemahaman bahasa.

Maka dari itu, ia memutuskan mengganti ABD putranya pada usia 3,5 tahun, dengan menggunakan implan koklea sampai sekarang, saat usianya sudah 7,5 tahun.

Alkha kemudian melanjutkan terapi AVT rutin selama 1,5 tahun. Di ruang terapi ia menggunakan metode AVT dengan mainan. Namun, di rumah ia menggunakan metode campuran, yaitu menggunakan mainan dan aktivitas sehari-hari. Hasilnya, ia mampu memahami lebih dari 1.000 kosakata dan mampu mendengar seluruh spektrum wicara dengan baik.

Sementara itu, Deputy Chief Executive Officer Kasoem Group, Trista Mutia Kasoem menuturkan, acara parents power di Semarang ini merupakan rangkaian kegiatan Kasoem Hearing Center tentang pentingnya habilitasi untuk anak gangguan dengar.

“Kasoem memiliki tanggung jawab untuk mengajak seluruh orang tua dengan gangguan pendengaan bahwa habilitasi AVT sangat penting, bukan hanya sekadar pemilihan ABD atau implan, karena tahapan itu panjang,” jelasnya.(rmn)

Exit mobile version