INDOPOS.CO.ID – Widi Astuti adalah salah satu perempuan yang memilih berkarier di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya 3 dari 10 perempuan Indonesia yang memilih berkarier di bidang STEM.
Perempuan yang telah meraih gelar doktor bidang Teknik Sumber Daya Bumi di Kyushu University, Jepang ini menjadi salah satu peraih penghargaan periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Berkinerja Tinggi di 2024.
Saat ini, Widi bekerja di Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPb) dengan bidang kepakaran metalurgi proses. “Selama ini, saya melakukan penelitian terkait metode proses ekstraksi logam terutama logam-logam berharga yang berasal dari sumber daya mineral di Indonesia, seperti nikel, kobalt, mangan, besi, dan seng,” ucap Widi di Jakarta, Sabtu (4/5/2024).
Dalam dua tahun terakhir, Widi mendapat amanah menjadi Ketua Kelompok Riset Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam Tanah Jarang (LTJ). “Sehingga dalam dua tahun terakhir ini saya memfokuskan ekstraksi logam tanah jarang dari berbagai mineral, seperti monasit, red mud, nikel laterit, dan lumpur lapindo,” ujarnya.
Perempuan yang bekerja di wilayah Lampung (Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain, Tanjung Bintang) dan Yogyakarta (Kawasan Sains dan Edukasi A Baiquni, Babarsari) ini tertarik pada penelitian saat ia menjadi kandidat peneliti pada 2003 di UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung-LIPI.
Saat itu, Widi belum ada kegiatan penelitian di satuan kerja tersebut, sehingga Widi yang menjadi calon peneliti pertama.
Kemudian di 2004 ia diangkat menjadi Peneliti Pertama, 2008 sebagai Peneliti Muda, 2017 sebagai Peneliti Madya, dan Oktober 2023 ia berhasil menduduki puncak karier seorang peneliti yaitu menjadi Peneliti Utama. Selama menjalani karier penelitinya, ia berhasil melanjutkan studi S2 di ITB pada 2009-2011 dan studi S3 di Kyushu University Jepang pada 2012-2015.
”Karakter saya mudah bosan, tidak bisa mengerjakan hal yang sama secara monoton. Sehingga akan lebih nyaman jika bekerja pada hal-hal yang berubah, dinamis, atau selalu ada progres, serta saya menyukai kebebasan dalam berpikir,” ungkapnya.
“Menurut saya, menjadi peneliti dapat mengakomodir karakter tersebut, memungkinkan saya selalu dinamis dan melakukan kegiatan yang berbeda setiap tahun,” imbuhnya.
Menurut pemilik 54 jurnal internasional, 34 jurnal nasional, 61 prosiding internasional, 7 paten granted dan 26 paten terdaftar ini, pola kerja yang diterapkan di BRIN saat ini cukup agile dan sangat fleksibel baik dari sisi waktu maupun tempat. Hal tersebut membuatnya menjadi lebih nyaman karena bisa bergerak lebih bebas.
Contohnya saja perempuan yang didapuk sebagai Ketua kegiatan dari program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju-Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (RIIM-LPDP) ini dapat berkantor di mana saja, tetapi masih bisa mengakses laboratorium utama terkait mineral di Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain, Lampung (nas)