24 Bahasa Daerah Kritis, Badan Bahasa: Penuturnya Semakin Hilang

Aminuddin-Azis

Kepala Badan Bahasa E Aminuddin Azis (kiri) (dok INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Bahasa daerah kian ditinggalkan penuturnya. Hasil riset 2021 tidak ada satu pun bahasa daerah yang memiliki daya hidup naik, malah cenderung turun.

Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset, Teknologi (Kemendikbudristek) E Aminuddin Azis kepada INDOPOS.CO.ID, Minggu (30/10/2022).

Fenomena tersebut, dikatakan dia, diakui oleh UNESCO. Bahkan dalam 2 Minggu ada 1 bahasa daerah hilang. Sehingga dalam 30 tahun ada 200 bahasa daerah di dunia hilang

Lebih jauh dia mengungkapkan, Kemdikbudristek juga telah melakukan kajian terhadap 24 bahasa daerah yang kritis di 2021. Bahwa biasanya bahasa daerah mulai ditinggalkan penuturnya terjadi di Indonesia Timur. Namun saat ini telah bergeser, bahasa daerah di Indonesia Barat pun mulai ditinggalkan penuturnya.

“Bahasa daerah yang besar itu bahasa Jawa, bahasa Sunda dan Bahasa Bali. Bahasa Jawa dengan 99 juta penurut, Bahasa Sunda lebih dari 44 juta dan Bahasa Bali juga di jutaan penutur,” bebernya.

“Kalau data terakhir Bahasa Sunda kehilangan penutur 2 juta orang. Dengan jumlah penutur tinggi, kehilangan ini tidak terasa. Tapi bagi bahasa Indonesia Timur yang hanya ada penutur ribuan orang, kehilangan 1.000 orang sudah mengkhawatirkan,” imbuhnya.

Ia menyebut, salah satu penyebab bahasa daerah ditinggalkan penuturnya karena pewarisan. Di antaranya kawin campur atau silang.

“Anak dari hasil kawin campur ini tentu akan menggunakan Bahasa Indonesia. Jadi hilang 1 penutur bahasa daerah,” ujarnya.(nas)

Exit mobile version